Home » » PTK PAI

PTK PAI

Written By Aflach Perdana Putra on Sabtu, 08 Mei 2010 | 21.51

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
Dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan, Standar Proses Pendidikan (SPP) memiliki peran yang sangat penting. Oleh sebab bagaimanapun idealnya standar isi dan standar lulusan standar-standar lainnya, tanpa didukung oleh standar proses yang memadai, maka standar-atandar tersebut tidak akan memiliki nilai apa-apa. Dalam konteks itulah standar proses pendidikan merupakan hal yang harus mendapat perhatian bagi pemerintah. (PP No. 19 Tahun 2005 Bab 1 Pasal 1 Ayat 6).
Dalam implementasi SPP, guru merupakan komponen yang sangat penting, sebab keberhasilan pelaksanaan proses pendidikan sangat tergantung pada guru sebagai ujung tombak. Oleh karena itulah upaya peningkatan kualitas pendidikan seharusnya dimulai dari pembenahan kemampuan guru. Salah satu kemampuan yang harus dimiliki guru adalah bagaimana merancang suatu strategi pembelajaran yang sesuai dengan tujuan atau kompetensi yang akan dicapai, karena kita yakin tidak semua tujuan bisa dicapai oleh hanya satu strategi tertentu.
J. R. Davis (dalam Sanjaya, 2006:124) mengartikan strategi sebagai a plan, method, or series of activities designed to achieves a particular educational goal Jadi, dengan demikian strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Menetapkan strategi pembelajaran yang optimal untuk mendorong prakarsa belajar berdasarkan kendali karakteristik tujuan pembelajaran menjadi perhatian penting guru untuk memanipulasi strategi pembelajaran, agar si belajar dapat belajar lebih mudah. Strategi pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning-CTL) merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang banyak dibicarakan orang.
Sanjaya (2006:253) menjelaskan bahwa CTL merupakan strategi yang melibatkan siswa secara penuh dalam proses pembelajaran. Siswa didorong untuk beraktivitas mempelajari materi pelajaran sesuai dengan topik yang akan dipelajarinya. Belajar dalam konteks CTL bukan hanya sekedar mendengarkan dan mencatat, tetapi belajar adalah proses berpengalaman secara langsung. Melalui proses berpengalaman itu diharapkan perkembangan siswa terjadi secara utuh, yang tidak hanya berkembang dalam aspek kognitif saja, tetapi juga aspek afektif dan juga psikomotor. Belajar melalui CTL diharapkan siswa dapat menemukan sendiri materi yang dipelajarinya.
Berdasarkan hal di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian terhadap “Penerapan Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa dalam Memahami Pembelajaran PAI Kelas VII di SMP Negeri 1 Pacitan”.

B. Identifikasi Masalah
Dari hasil studi pendahuluan dan diskusi maka dapat teridentifikasi beberapa masalah yang melatar belakangi dilakukannya penelitian tindakan ini, meliputi:
1. Rendahnya pemahaman siswa terhadap penguasaan materi pelajaran PAI khusunya pokok bahasan iman kepada Allah SWT.
2. Rendahnya kemampuan siswa dalam bertanya dan mengemukakan pendapat dalam mata pelajaran PAI.
3. Rendahnya kemampuan siswa dalam menunjukkan perilaku siswa sebgai cermin keyakinan sifat-sifat Allah SWT.

C. Pembatasan dan Rumusan Masalah
Penelitian tindakan kelas ini hanya dibatasi pada penerapan pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning-CTL) dalam pembelajaran PAI Kelas VII A SMP Negeri 1 Pacitan pada semester 1 tahun pelajaran 2008/2009. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah langkah pembelajaran kontekstual pada pembelajaran PAI agar diperoleh hasil belajar yang sesuai tujuan?
2. Bagaimanakah motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran PAI dengan menggunakan pendekatan kontekstual?

D. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mendiskripsikan langkah pembelajaran kontekstual pada pembelajaran PAI untuk memperoleh hasil belajar yang sesuai tujuan.
2. Mendiskripsikan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran PAI yang menggunakan pendekatan kontekstual.
E. Manfaat Hasil Penelitian
Hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:
1. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan guna peningkatan mutu pendidikan.
2. Bagi guru, hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas dan peningkatan profesionalisme guru.
3. Dalam bidang ilmu, hasil penelitian ini dapat memperkaya khasanah kepustakaan yang berkaitan dengan kajian pembelajaran Pkn, dan diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk bahan perbandingan dalam penelitian sejenis.

















BAB II
KAJIAN PUSTAKA


A. Strategi Pembelajaran Kontekstual (CTL)
Contextual Teaching and Learning-CTL adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari atau menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.
Dari asumsi dan latar belakang yang mendasarinya, maka terdapat beberapa hal yang harus dipahami tentang belajar dalam konteks CTL.
a. Belajar bukanlah menghafal, akan tetapi proses mengkonstruksi pengetahuan sesuai dengan pengalaman yang mereka miliki. Oleh karena itulah, semakin banyak pengalaman maka akan semakin banyak pula pengetahuan yang mereka peroleh.
b. Belajar bukan sekedar mengumpulkan fakta yang lepas-lepas. Pengetahuan itu pada dasarnya merupakan organisasi dari semua yang dialami, sehingga dengan pengetahuan yang dimilki akan berpengaruh terhadap pola-pola perilaku manusia, seperti pola pikir, pola bertindak, kemampuan memecahkan persoalan termasuk penampilan atau performance seseorang. Semakin pengetahuan seseorang luas dan mendalam, maka akan semakin efektif dalam berpikir.
c. Belajar adalah proses pemecahan masalah, sebab dengan memecahkan masalah anak akan berkembang secara utuh yang bukan hanya perkembangan intelektual akan tetapi juga mental dan emosi. Belajar secara kontekstual adalah belajar bagaimana anak menghadapi setiap persoalan.
d. Belajar adalah proses pengalaman sendiri yang berkembang secara bertahap dari yang deserhana menuju yang kompleks. Oleh karena itu, belajar tidak dapat sekaligus, akan tetapi sesuai dengan irama kemampuan siswa.
e. Belajar pada hakekatnya adalah menangkap pengetahuan dari kenyataan. Oleh karena itu, pengetahuan yang diperoleh adalah pengetahuan yang memiliki makna untuk kehidupan anak (real world learning).
Setiap siswa mempunyai gaya yang berbeda dalam belajar. Perbedaan yang dimiliki siswa tersebut oleh Bobbi Deporter (1992) dinamakan sebagai unsur modalitas belajar. Menurutnya ada tiga tipe gaya belajar siswa, yaitu tipe visual, auditorial dan kinestetis. Tipe visual adalah gaya belajar dengan cara melihat, artinya siswa akan lebih cepat belajar dengan cara menggunakan indra penglihatannya. Tipe auditorial adalah tipe belajar dengan cara menggunakan alat pendengarannya; sedangkan tipe kinestetis adalah tipe belajar dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh.
Dalam proses pembelajaran kontekstual, setiap guru perlu memahami tipe belajar dalam dunia siswa, artinya guru perlu menyesuaikan gaya mengajar terhadap gaya belajar siswa. Dalam proses pembelajaran konvensional, hal ini sering terlupakan sehingga proses pembelajaran tak ubahnya sebagai proses pemaksaan kehendak, yang menurut Paolu Freire sebagai sistem penindasan.
Sehubungan dengan hal itu, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan bagi setiap guru manakala menggunakan pendekatan CTL.
a. Siswa dalam pembelajaran kontekstual dipandang sebagai individu yang sedang berkembang. Kemampuan belajar seseorang akan dipengaruhi oleh tingkat perkembangan dan keluasaan pengalaman yang dimiliknya. Anak bukanlah orang dewasa dalam bentuk kecil, melainkan organisme yang sedang berada dalam tahap-tahap perkembangan. Kemampuan belajar akan sangat ditentukan oleh tingkat perkembangan dan pengalaman mereka. Dengan demikian, peran guru bukanlah sebagai instruktur atau “penguasa” yang memaksakan kehendak melainkan guru adalah pembimbing siswa agar mereka bisa belajar sesuai dengan tahap perkembangannya.
b. Setiap anak memiliki kecenderungan untuk belajar hal-hal yang baru dan penuh tantangan, kegemaran anaka adalah mencoba hal-hal yang dianggap aneh dan baru. Oleh karena itulah belajar bagi mereka adalah mencoba memecahkan setiap persoalan yang menantang. Dengan demikian, guru berperan dalam memilih bahan-bahan belajar yang dianggap penting untuk dipelajari oleh siswa.
c. Belajar bagi siswa adalah proses mencari keterkaitan atau keterhubungan antara hal-hal yang baru dengan hal-hal yang sudah diketahui. Dengan demikian, peran guru adalah membantu agar setiap siswa mampu menemukan keterkaiatan antara pengalaman baru dengan pengalaman sebelumnya.
d. Belajar bagi anak adalah proses menyempurnakan skema yang telah ada (asimilasi) atau proses pembentukan skema baru (akomodasi), dengan demikian tugas guru adalah memfasilitasi (mempermudah) agar anak mampu melakukan proses asimilasi dan proses akomodasi.
Sesuai dengan asumsi yang mendasarinya, bahwa pengetahuan itu diperoleh anak dari informasi yang diberikan oleh orang lain termasuk guru, akan tetapi dari proses menemukan dan mengkonstruksinya sendiri, maka guru harus menghindari mengajar sebagai proses penyampaian informasi. Guru perlu memandang siswa sebagai subjek belajar dengan segala keunikannya. Siswa adalah organisme yang aktif yang memiliki potensi untuk membangun pengetahuannya sendiri, kalaupun guru memberikan informasi kepada siswa, guru harus memberikan kesempatan untuk menggali informasi itu agar lebih bermakna untuk kehidupan mereka.
Menurut Sanjaya (2006:262), CTL sebagai suatu pendekatan pembelajaran memiliki 7 asas. Asas-asas ini yang melandasi pelaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL. Seringkali asas ini disebut juga komponen-komponen CTL. Selanjutnya ketujuh asas ini dijelaskan di bawah ini.
a) Kontruktivisme
Konstruktivisme adalah proses membangun atau menyususn pengatahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman. Menurut pandangan konstruktivisme, pengetahuan itu memang berasal dari luar, akan tetapi dikonstruksi oleh dan dari dalam diri seseorang. Oleh sebab itu pengetahuan terbentuk oleh dua faktor penting, yaitu objek yang menjadi bahan pengamatan dan kemampuan subjek untuk menginterpretasi objek tersebut. Kedua faktor itu sama pentingnya. Dengan demikian pengetahuan itu tidak bersifat statis tetapi bersifat dinamis, tergantung individu yang melihat dan mengkonstruksinya. Lebih jauh Jean Piaget (1971) menyatakan hakikat pengetahuan sebagai berikut:
a. Pengetahuan bukanlah merupakan gambaran dunia kenyataan belaka, akan tetapi selalu merupakan konstruksi kenyataan malalui kegiatan subjek.
b. Subjek membentuk skema kognitif, kategori, konsep dan struktur yang perlu untuk pengetahuan.
c. Pengetahuan dibentuk dalam struktur konsepsi seseorang. Struktur konsepsi membentuk pengetahuan bila konsepsi itu berlaku dalam berhadapan dengan pengalaman-pengalaman seseorang.
Asumsi itu yang kemudian melandasi CTL. Pembelajaran melalui CTL pada dasarnya mendorong agar siswa bisa mengkonstruksi pengetahuannya melalui proses pengamatan dan pengalaman. Sebab pengetahuan hanya akan fungsional manakala dibangun oleh individu. Pengetahuan yang hanya diberikan tidak akan menjadi pengetahuan yang bermakna. Atas dasar asumsi yang mendasarinya itulah, maka penerapan asas konstruktivisme dalam pembelajaran melalui CTL, siswa didorong untuk mampu mengkonstruksi pengetahuan sendiri melalui pengalaman nyata.
b) Inkuiri
Artinya, proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Pengatahuan bukanlah sejumlah fakta hasil dari mengingat, akan tetapi hasil dari proses menemukan sendiri. Dengan demikian dalam proses perencanaan, guru bukanlah mempersiapkan sejumlah materi yang harus dihafal, akan tetapi merancang pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat menemukan sendiri materi yang harus dipahaminya. Belajar pada dasarnya merupakan proses mental seseorang yang tidak terjadi secara mekanis. Melalui proses mental itulah, diharapkan siswa berkembang secara utuh baik intelektual, mental, emosional, maupun pribadinya. Secara umum proses inkuiri dapat dilakukan melalui beberapa langkah yaitu:
a. Merumuskan masalah.
b. Mengajukan hipotesis.
c. Mengumpulkan data.
d. Menguji hipotesis berdasarkan data yang ditemukan.
e. Membuat kesimpulan.
Asas menemukan seperti yang digambarkan diatas, merupakan asa yang penting dalam pembelajaran CTL. Melalui proses berpikir yang sistematis seperti di atas, diharapkan siswa memiliki sikap ilmiah, rasional, dan logis, yang kesemuanya itu diperlukan sebagai dasar pembentukan kreativitas.
c) Bertanya (Questioning)
Dalam proses pembelajaran melalui CTL, guru tidak menyampaikan informasi begitu saja, akan tetapi memancing agar siswa dapat menemukan sendiri. Karena itu peran bertanya sangat penting, sebab melalui pertanyaan-pertanyaan guru dapat membimbing dan mengarahkan siswa untuk menemukan setiap materi yang dipelajarinya.
d) Masyarakat Belajar (Learning Community)
Konsep masyarakat belajar (learning community) dalam CTL menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh melalui kerja sama dengan orang lain. Kerja sama dapat dilakukan melalui berbagai bentuk baik dalam kelompok belajar formal maupun dalam lingkungan yang terjadi secara alamiah. Hasiul belajar dapat diperoleh dari hasil sharing dengan orang lain, antar teman, antar kelompok; yang sudah tahu memberi tahu pada yang belum tahu, yang pernah memiliki pengalaman membagi pengalamannya pada orang lain. Inilah hakikat dari masyarakat belajar, masyarakat yang saling membagi.
5. Pemodelan (Modeling)
Yang dimaksud dengan asas modeling adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa.
6. Refleksi (Reflection)
Refleksi adalah proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari yang dilakukan dengan cara mengurutkan kembali kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa pembelajaran yang telah dilaluinya. Melalui proses refleksi, pengalaman belajar itu akan dimasukkan dalam struktur kognitif siswa yang pada akhirnya akan menjadi bagian dari pengetahuan yang dimilikinya. Bisa terjadi melalui proses refleksi siswa akan mempengaruhi pengetahuan yang telah dibentuknya, atau menambah khazanah pengetahuannya.
7. Penilaian Nyata (Authentic Assassment)
Proses pembelajaran konvensional yang sering dilakukan guru pada saat ini, biasanya ditekankan kepada perkembangan aspek intelektual, sehingga alat evaluasi yang digunakan terbatas pada penggunaan tes. Dengan tes dapat diketahui seberapa jauh siswa telah menguasai materi pelajaran. Dalam CTL, keberhasilan pembelajaran tidak hanya ditentukan oleh perkembangan kemampuan intelekstual saja, akan tetapi perkembangan seluruh aspek. Oleh sebab itu, penilaian keberhasilan tidak hanya ditentukan oleh aspek hasil belajar seperti tes, akan tetapi juga proses belajar melalui penilaian nyata.
Penilaian nyata (authentic assessment) adalah proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa. Penilaian ini diperlukan untuk mengetahui apakah siswa benar-benar belajar atau tidak; apakah pengalaman belajar siswa memiliki pengaruh yang positif terhadap perkembangan baik intelektual maupun mental siswa.
Penilaian yang autentik dilakukan secara terintegrasi dengan proses pembelajaran. Penilaian ini dilakukan secara terus-menerus selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Oleh sebab itu, tekanannya diarahkan kepada proses belajar bukan kepada hasil belajar.
Pada pembelajaran kontekstual (CTL) untuk mendapatkan kemampuan pemahaman konsep, anak mengalami langsung dalam kehidupan nyata di masyarakat. Kelas bukanlah tempat untuk mencatat atau menerima informasi guru, akan tetapi kelas digunakan untuk saling membelajarkan. Untuk itu ada beberapa catatan dalam penerapan CTL sebagai suatu strategi pembelajaran, yaitu sebagai berikut:
1. CTL adalah model pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa secara penuh, baik fisik maupun mental.
2. CTL memandang bahwa belajar adalah proses berpengalaman dalam kehidupan nyata.
3. Kelas dalam pembelajaran CTL bukan hanya sebagai tempat untuk memperoleh informasi, akan tetapi sebagai tempat untuk menguji data hasil temuan mereka di lapangan.

B. Pendidikan Agama Islam
Dalam kurikulum PAI disebutkan bahwa Pendidikan Agama Islam merupakan upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani ajaran agama Islam, disertai dengan tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.
Dalam pedoman pendidikan Islam di sekolah umum Pendidikan Agama Islam (PAI) diartikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan/latihan (Departemen Agama RI, 2004:2). Sehingga PAI yang di samping merupakan sebuah proses, juga di maksudkan sebagai sebuah rumpun mata pelajaran yang diajarkan baik di sekolah umum maupun perguruan tinggi.
Sebagai sebuah mata pelajaran, rumpun mata pelajaran, atau bahan kajian, PAI memiliki ciri khas atau karakteristik tertentu yang membedakannya dengan mata pelajaran lain. Adapun karakteristik tersebut yakni :
a). PAI merupakan rumpun mata pelajaran yang dikembangkan dari ajaran-ajaran pokok (dasar) yang terdapat dalam agama Islam. Karena itulah PAI merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari ajaran Islam. Ditinjau dari segi isinya, PAI merupakan mata pelajaran pokok yang menjadi salah satu komponen, dan tidak dapat dipisahkan dari rumpun mata pelajaran yang bertujuan mengembangkan moral dan kepribadian peserta didik.
b). Pendidikan Agama Islam (PAI) sebagai sebuah program pembelajaran, diarahkan pada (a) menjaga aqidah dan ketaqwaan peserta didik, (b) menjadi landasan untuk lebih rajin mempelajari ilmu-ilmu lain yang diajarkan di madrasah, (c) mendorong peserta didik untuk kritis, kreatif dan inovatif, (d) menjadi landasan perilaku dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat. PAI bukan hanya mengajarkan pengetahuan tentang agama Islam, tetapi juga untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari (membangun etika sosial).
c). Pembelajaran Pendidikan Agama Islam tidak hanya menekankan penguasaan kompetensi kognitif saja, tetapi juga afektif dan psikomotoriknya.
d). Materi Pendidikan Agama Isalm (PAI) dikembangkan dari tiga kerangka dasar ajaran Islam, yakni aqidah, syari’ah dan akhlaq. Aqidah merupakan penjabaran dari konsep iman, syari’ah merupakan penjabaran dari konsep Islam, dan akhlak merupakan penjabaran konsep ikhsan. Dari ketiga konsep dasar itulah berkembang berbagai kajian keislaman, termasuk kajian-kajian yang terkait dengan ilmu teknologi, seni dan budaya.
Dalam konteks di lapangan pendidikan agama bukanlah sekedar mengajarkan pengetahuan agama dan melatih keterampilan anak dalam malaksanakan ibadah. Lebih dari itu pendidikan agama islam diberikan kepada siswa karena menyangkut keseluruhan diri pribadi anak, mulai dari latihan-latihan amaliah sehari-hari yang sesuai dengan ajaran agama, baik yang menyangkut hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia lain, manusia dengan alam, maupun manusia dengan dirinya sendiri (Zakiah Daradjat, 2003:124).
Dalam pedoman kurikulum PAI, tujuan umum Pendidikan Agama Islam adalah untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan siswa terhadap ajaran agama Islam sehingga menjadi manusia Muslim yang bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (Depag RI, 2004:4). Tujuan Pendidikan Agama Islam ini mendukung dan menjadi bagian dari tujuan pendidikan nasional sebagaimana diamanatkan oleh pasal 3 Bab II Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Tujuan umum PAI ini terelaborasi untuk masing-masing satuan pendidikan dan jenjangnya, dan kemudian dijabarkan menjadi kompetensi-kompetensi yang harus dikuasai siswa.
Oleh karena itu berbicara mengenai Pendidikan Agama Islam, baik makna maupun tujuannya haruslah mengacu pada penanaman nilai-nilai Islam dan tidak dibenarkan melupakan etika sosial atau moralitas sosial. Penanaman nilai-nilai ini juga dalam rangka menuai keberhasilan hidup di dunia bagi anak didik yang kemudian akan mampu membuahkan kebaikan di akhirat.
Di dalam kegiatan pembelajaran, Pendidikan Agama Islam di sekolah umum berfungsi sebagai :
1). Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga.
2). Penanaman nilai, yaitu sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
3). Penyesuaian mental, yaitu menyesuaikan diri dengan lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran agama Islam.
4). Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan-kekurangan dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pemahaman, dan pengamalan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.
5). Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungannya atau dari budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat perkembangannya menuju manusia Indonesia seutuhnya.
6). Pengajaran, yakni pengajaran tentang pengetahuan keagamaan secara umum, sistem dan fungsionalnya.
7). Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat khusus bidang Agama Islam agar bakat tersebut dapat berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan bagi orang lain. (Abdul Madjid & Dian Andayani, 2005 : 134).

C. Motivasi Berprestasi
Motivasi merupakan salah satu faktor yang penting dan menentukan dalam proses belajar. keberhasilan organisasi pendidikan dalam pencapaian tujuan sebagian besar bergantung pada kemauan siswa untuk belajar dan berprestasi. Oleh karena itu, penyelenggara pendidikan termasuk guru dan orang tua harus berusaha agar murid yang didiknya mempunyai motivasi yang tinggi untuk belajar dan berprestasi.
Menurut Prench (dalam Suparmin, 2004:11) mendefinisikan motivasi adalah keinginan dan kemauan seseorang untuk mencurahkan segala upayanya dalam mencapai tujuan atau hasil tertentu. Pengertian lain (Steers, 1991) menyebutkan motivasi adalah faktor-faktor yang ada dalam diri seseorang yang menggerakkan, mengarahkan perilakunya untuk memenuhi tujuan tertentu. Motivasi berhubungan dengan faktor psikologis seseorang yang mencerminkan hubungan atau interaksi antara sikap, kebutuhan dan kepuasan yang terjadi pada diri manusia.
Dari pengertian di atas, disimpulkan bahwa motivasi adalah faktor penggerak yang melatar belakangi perilaku. Orang yang mempunyai motivasi yang kuat cenderung akan melipat gandakan usahanya. sementara orang yang memiliki motivasi yang lemah akan mengurangi atau kurang semangat menjalankan usahanya. Jadi motivasi adalah keinginan dan kemauan seseorang untuk mencurahkan segala upayanya dalam mencapai tujuan. Oleh karena itu tidak ada motivasi apabila tidak dirasakan adanya suatu keinginan atau kebutuhan. Kebutuhan-kebutuhan tersebut merupakan rangsangan atau dorongan timbulnya motivasi untuk melakukan tindakan-tindakan tertentu.





BAB III
METODE PENELITIAN


A. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (classroom action research) atau disingkat dengan PTK. Penelitian tindakan kelas adalah bagaimana sekelompok guru dapat mengorganisasikan kondisi praktek pembelajaran mereka, dan belajar dari pengalaman mereka sendiri. Mereka dapat mencobakan suatu gagasan perbaikan dalam praktek pembelajaran mereka, dan melihat pengaruh nyata dari upaya itu (Rochiati, 2006:13).
Dalam penelitian ini peneliti selaku guru PAI berkolaborasi dengan teman sejawat di SMPN 1 Pacitan sebagai mitra. Rancangan penelitian tindakan kelas yang dilakukan di sini bertujuan memperbaiki praktek pembelajaran di kelas dan memandang penelitian tindakan kelas sebagai bentuk refleksi yang dilakukan oleh guru pada situasi alami dan ditunjukkan untuk memecahkan permasalahan-permasalahan praktis.
Penelitian ini diawali dengan melakukan penelitian pendahuluan sebagai tahap orientasi. Temuan dari hasil studi pendahuluan ini kemudian digunakan untuk melakukan refleksi bersama teman sejawat untuk merancang langkah-langkah kegiatan selanjutnya sehingga tujuan penelitian tercapai.
Prosedur penelitian tindakan ini dilaksanakan dalam tiga siklus. Pada tiap siklus dilaksanakan perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Secara lebih rinci prosedur penelitian tindakan untuk tiap siklus adalah sebagai berikut.
1. Siklus Pertama
a. Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan ini adalah sebagai berikut.
1. Membuat skenario pembelajaran CTL yang dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi PAI;
2. Membuat lembar pengamatan untuk melihat bagaimana kondisi pembelajaran tersebut ketika diterapkan;
3. Mendesain penilaian untuk melihat sejauh mana kemajuan yang telah dicapai.
b. Pelaksanaan Tindakan
Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap ini adalah melaksanakan skenario pembelajaran yang telah dilaksanakan.
c. Observasi
Pada tahap ini dilaksanakan observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat.
d. Refleksi
Hasil yang dicapai dalam tahap pengamatan dikumpulkan serta dianalisis dalam tahap ini. Refleksi dilakukan dengan melihat data pengamatan apakah proses pembelajaran yang diterapkan dapat meningkatkan kemampuan belajar siswa sesuai dengan tujuan penelitian. Hasil analisis data yang dilaksanakan dalam tahap ini dipergunakan sebagai acuan untuk merencanakan siklus berikutnya.
2. Siklus Kedua
Dilakukan seperti siklus 1 dengan berbagai penyempurnaan.
3. Siklus Ketiga
Dilakukan seperti siklus 2 dengan berbagai penyempurnaan.

B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah subjek yang dituju untuk diteliti oleh peneliti. Jika bicara tentang subjek penelitian, sebetulnya juga berbicara tentang unit analisis, yaitu subjek yang menjadi pusat perhatian atau sasaran peneliti (Suharsimi, 2002:122).
Sebagai sumber data, subjek penelitian yang dipilih adalah siswa kelas VII A SMPN 1 Pacitan pada semester 1 tahun ajaran 2008/2009 sebanyak 40 siswa. Pemilihan subjek dilakukan melalui diskusi dengan teman sejawat.

C. Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah yang sesuai dan mendukung tercapainya data yang diinginkan. Dalam penelitian tindakan kelas ini metode yang digunakan adalah:
1. Observasi
Metode observasi digunakan dalam melakukan penelitian pendahuluan sebagai tahap orientasi. Temuan dari hasil studi pendahuluan ini kemudian digunakan untuk melakukan refleksi bersama guru dan peneliti untuk merancang langkah-langkah kegiatan selanjutnya sehingga tujuan penelitian tercapai.
2. Dokumen
Menggunakan dokumen yang dapat membantu dalam mengumpulkan data penelitian yang ada kaitanya dengan permasalahan dalam penelitian tindakan kelas, misalnya: rencana pembelajaran dan laporan hasil kerja siswa terhadap topik yang dibahas.
3. Angket
Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui (Suharsimi, 2002:128). Data motivasi siswa dalam penelitian ini dikumpulkan dengan teknik pengumpulan data berupa angket.

D. Metode Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil observasi dan studi dokumen dianalisis dengan teknik analisis deskriptif (descriptive analysis). Analisis deskriptif digunakan untuk mengungkap dan mendeskripsikan penggunaan strategi pembelajaran kontekstual dalam upaya peningkatan hasil pembelajaran. Data yang diperoleh melalui angket berupa hasil penilaian sikap siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran PAI dianalisis dengan teknik prosentase.




BAB IV
HASIL PENELITIAN


A. Gambaran Setting
1. Identitas Sekolah
Nama Sekolah : SMP Negeri I Pacitan
Alamat : Jl. A. Yani No. 35 Pacitan
Kecamatan : Pacitan
Kabupaten : Pacitan
Propinsi : Jawa Timur
Kepala Sekolah : Drs. Sutrisno, S.Pd.,M.Pd.
Tenaga Pengajar/Guru : 69 orang
Tenaga Administrasi : 17 orang
Jumlah Siswa : 1097 siswa

2. Visi, Misi dan Tujuan
SMPN I Pacitan mempunyai visi: Unggul dalam Mutu Akademik, Olahraga dan Seni Berlandaskan Iman dan Taqwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa .Misi sekolah, yaitu: (1) Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif,sehingga setiap siswa berkembang secara otimal dengan potensi yang dimiliki; (2) Menumbuhkan semangat keunggulan secara intensif kepada seluruh warga sekolah; (3) Mendorong dan membantu siswa untuk mengenali potensi dirinya, sehingga dapat dikembangkan secara optimal dan (4) Menumbuhkan penghayatan terhadap ajaran agama yang dianut, dan juga budaya bangsa sehingga menjadi sumber kearifan dalam bertindak.
Agar proses pendidikan berjalan dengan baik dan terarah tentunya diperlukan tujuan sekolah, yaitu: (1)Unggul dalam perolehan Nilai Ujian Nasional (NUN); (2) Unggul dalam persaingan masuk SLTA Negeri (faforit); (3)Unggul dalam Lomba Karya Ilmiyah (KIR); (4) Unggul dalam lomba keagamaan, kesenian, olah raga.

B. Uraian Penelitian Secara Umum
Dari hasil studi pendahuluan dan diskusi maka dapat teridentifikasi beberapa masalah yang melatar belakangi dilakukannya penelitian tindakan ini, meliputi: (1) Rendahnya pemahaman siswa terhadap penguasaan materi pelajaran PAI; (2) Rendahnya kemampuan siswa dalam bertanya dan mengemukakan pendapat dalam mata pelajaran PAI; dan (3) Rendahnya kemampuan siswa dalam menunjukkan perilaku siswa sebagai cermin keyakinan sifat-sifat Allah SWT.
Penelitian ini telah berhasil meningkatkan kemampuan siswa dalam pengusaan materi pelajaran dan meningkatkan keterampilan siswa dalam melakukan diskusi dengan memanfaatkan media yang ada serta sumber belajar yang tersedia serta siswa mampu menunjukkan perilaku siswa sebagai cerminan keyakinan sifat-sifat Allah SWT. Terdapat hambatan-hambatan yang timbul pada penggunaan strategi pembelajaran CTL pada pelajaran PAI. Belum adanya pembimbingan khusus pada arah kecenderungan minat siswa; kemampuan guru yang kurang dalam memadukan seluruh siswa belajar bersama sehingga siswa kurang antusias; dan keterbatasan media pembelajaran.
C. Penjelasan Per-Siklus
Dalam tahap ini diuraikan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran CTL yang dilakukan dengan menggunakan 3 siklus.
Siklus Pertama
1. Kegiatan Awal
a) Menciptakan lingkungan: salam pembuka dan berdoa.
b) Guru menjelaskan prosedur pembelajaran CTL:
• Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok sesuai jumlah siswa.
• Tiap kelompok ditugaskan untuk melakukan observasi.
• Melalui observasi siswa ditugaskan untuk mencatat berbagai hal yang ditemukan.
2. Kegiatan Inti
a) Siswa melakukan observasi sesuai dengan pembagian tugas kelompok.
b) Siswa mencatat hal-hal yang mereka temukan sesuai dengan hasil observasi yang mereka tentukan sebelumnya.
c) Siswa mendiskusikan hasil temuan mereka sesuai dengan kelompoknya masing-masing.
d) Siswa melaporkan hasil diskusi.
e) Setiap kelompok menjawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh kelompok yang lain.
3. Kegiatan Akhir
a) Dengan bantuan guru siswa menyimpulkan hasil observasi sesuai dengan indikator hasil belajar yang harus dicapai.
b) Guru menugaskan siswa untuk membuat karangan tentang pengalaman belajar mereka.
4. Pengamatan
Selama pembelajaran berlangsung, peneliti dan teman sejawat mengadakan pengamatan yang hasilnya adalah sebagai berikut: (a) Sudah dilakukan pengembangan materi pelajaran dengan mengangkat hal-hal yang berada sekitar siswa yang sesuai dengan pokok bahasan yang dibahas; (b) Guru belum menjelaskan kompetensi belajar siswa dan langkah-langkah pembelajaran secara detail di awal pembelajaran; dan (c) Penggunaan metode pembelajaran CTL sudah mengarah kepada siswa aktif meskipun ada siswa yang belum mampu mengaitkan materi pelajaran dengan kehidupan sehari-hari dalam setiap proses pembelajaran.
5. Refleksi
Hasil refleksi yang dilakukan oleh peneliti dan teman sejawat dapat dijelaskan sebagai berikut: (a) Guru perlu menyampiakan kompetensi belajar dan langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan; dan (b) Sebagai umpan balik guru perlu memberikan beberapa pertanyaan yang relevan dengan materi yang telah disajikan.

Siklus Kedua
1. Kegiatan Awal
a) Menciptakan lingkungan: salam pembuka dan berdoa.
b) Guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai serta manfaat dari proses pembelajaran dan pentingnya materi pelajaran yang akan dipelajari.
c) Guru menjelaskan prosedur pembelajaran CTL:
Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok sesuai jumlah siswa.
• Tiap kelompok ditugaskan untuk melakukan observasi.
• Melalui observasi siswa ditugaskan untuk mencatat berbagai hal yang ditemukan.
• Guru melakukan tanya jawab sekitar tugas yang harus dikerjakan oleh setiap siswa.
2. Kegiatan Inti
a) Siswa melakukan observasi sesuai dengan pembagian tugas kelompok.
b) Siswa mencatat hal-hal yang mereka temukan sesuai dengan hasil observasi yang mereka tentukan sebelumnya.
c) Siswa mendiskusikan hasil temuan mereka sesuai dengan kelompoknya masing-masing.
d) Siswa melaporkan hasil diskusi.
e) Setiap kelompok menjawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh kelompok yang lain.
3. Kegiatan Akhir
a) Dengan bantuan guru siswa menyimpulkan hasil observasi sesuai dengan indikator hasil belajar yang harus dicapai.
b) Guru menugaskan siswa untuk membuat karangan tentang pengalaman belajar mereka.
4. Pengamatan
Selama pembelajaran berlangsung, peneliti dan teman sejawat mengadakan pengamatan yang hasilnya adalah sebagai berikut: (a) Sudah dilakukan pengembangan materi pelajaran dengan mengangkat hal-hal yang berada sekitar siswa yang sesuai dengan pokok bahasan yang dibahas; (b) Guru belum melakukan langkah apersepsi di awal pembelajaran, yaitu mengaitkan materi yang lalu dengan yang dipelajari sekarang; dan (c) Penggunaan metode pembelajaran CTL sudah mengarah kepada siswa aktif meskipun ada siswa yang belum mampu mengaitkan materi pelajaran dengan kehidupan sehari-hari dalam setiap proses pembelajaran.
5. Refleksi
Hasil refleksi yang dilakukan oleh peneliti dan teman sejawat dapat dijelaskan sebagai berikut: (a) Guru perlu melakukan langkah apersepsi, yaitu langkah menghubungkan materi pelajaran yang lalu dengan materi pelajaran yang akan disampaikan. Langkah ini untuk menciptakan kondisi agar materi pelajaran itu mudah masuk dan menempel di otak; dan (b) Sebagai umpan balik guru perlu memberikan beberapa pertanyaan yang relevan dengan materi yang telah disajikan.

Siklus Ketiga
Pada siklus kedua ini peneliti dan teman sejawat mengubah beberapa teknik pembelajaran sebagai penyempurnaan dengan langkah sebagai berikut:
1. Kegiatan Awal
a) Menciptakan lingkungan: salam pembuka dan berdoa.
b) Guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai serta manfaat dari proses pembelajaran dan pentingnya materi pelajaran yang akan dipelajari.
c) Guru menjelaskan prosedur pembelajaran CTL:
• Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok sesuai jumlah siswa.
• Tiap kelompok ditugaskan untuk melakukan observasi.
• Melalui observasi siswa ditugaskan untuk mencatat berbagai hal yang ditemukan.
d) Guru melakukan tanya jawab sekitar tugas yang harus dikerjakan oleh setiap siswa.
e) Guru memberikan sugesti yang positif tentang materi yang dipelajari ini penuh dengan tantangan dan mengasyikkan.
2. Kegiatan Inti
a) Lakukan langkah apersepsi, yaitu langkah menghubungkan materi pelajaran yang lalu dengan materi pelajaran yang akan disampaikan.
b) Siswa melakukan observasi sesuai dengan pembagian tugas kelompok.
c) Siswa mencatat hal-hal yang mereka temukan sesuai dengan hasil observasi yang mereka tentukan sebelumnya.
d) Siswa mendiskusikan hasil temuan mereka sesuai dengan kelompoknya masing-masing.
e) Siswa melaporkan hasil diskusi.
f) Setiap kelompok menjawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh kelompok yang lain.
g) Guru menghubungkan materi pelajaran dengan pengalaman siswa atau dengan hal-hal lain yang memungkinkan siswa dapat menangkap keterkaitannya dalam struktur pengetahuan yang telah dimilikinya.
h) Sebagai umpan balik guru memberikan beberapa pertanyaan yang relevan dengan materi yang telah disajikan.
i) Diakhir pembelajaran guru menyimpulkan materi.
3. Kegiatan Akhir
d) Dengan bantuan guru siswa menyimpulkan hasil observasi sesuai dengan indikator hasil belajar yang harus dicapai.
e) Guru menugaskan siswa untuk membuat karangan tentang pengalaman belajar mereka.
4. Pengamatan
Selama pembelajaran berlangsung peneliti dan teman sejawat mengadakan pengamatan terhadap proses pembelajaran, yang hasilnya adalah sebagai berikut: (a) Langkah apersepsi sudah dilakukan guru di awal pembelajaran, yaitu mengaitkan materi yang lalu dengan yang dipelajari sekarang; (b) Strategi pembelajaran sudah mengarah kepada upaya agar siswa aktif serta mampu mengaitkan materi pelajaran dengan kehidupan sehari-hari dalam setiap proses pembelajaran; dan (c) Keterampilan guru dalam mengelola kelas juga meningkat lebih baik, cara membimbing dan memberi penjelasan kepada siswa semakin baik.
5. Refleksi
Hasil refleksi yang dilakukan oleh peneliti dan teman sejawat dapat dijelaskan sebagai berikut: (a) Strategi pengajaran yang ditampilkan meningkatkan kualitas pembelajaran yang diselenggarakan; (b) Selama siswa melakukan kerja kelompok, sebaiknya guru mengawasi dan tetap memperhatikan aktivitas semua siswa dalam kelompok dan siswa tidak dibiarkan bekerja sendiri tanpa kendali sehingga mereka tetap aktif dan berpartisipasi dalam kerja kelompok; dan (c) Kelemahan-kelemahan yang ditemukan dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model CTL umumnya bersifat teknis belaka akibat dari kurangnya guru menggunakan model ini.

D. Analisis Data
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan data yang terkumpul dianalisis sesuai dengan jenis data dan tujuan penelitian.
1. Data hasil pengamatan pengelolaan pembelajaran
a) Siklus pertama
Hasil pengamatan terhadap pengelolaan pembelajaran pada siklus pertama dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
Tabel 4.1
Data hasil pengamatan pengelolaan pembelajaran siklus pertama

No Aspek yang Diamati Penilaian
Pengamatan KBM 4 3 2 1
1 Menyampaikan pentingnya materi ini utk dipelajari √
2 Menyampaikan kompetensi yang harus dicapai √
3 Memotivasi siswa √
4 Membimbing siswa untuk aktif √
5 Menjelaskan prosedur pembelajaran CTL √
6 Mengorganisasikan siswa dalam kelompok √
7 Membimbing observasi kelompok √
8 Menyampaikan ide atau pendapat √
9 Menjawab/menanggapi pertanyaan √
10 Memandu diskusi kelas √
11 Merumuskan kesimpulan belajar √
12 Memberikan pengakuan/penghargaan √
13 Memberikan tes berupa resitasi/umpan balik √
14 Membimbing siswa dalam diskusi kelompok dan diskusi kelas √


Suasana Kelas
1 Siswa antusias √
2 Guru antusias √
3 Waktu sesuai dengan alokasi √
4 KBM sesuai dengan skenario pembelajaran √

Dari hasil pengamatan di atas dapat diketahui bahwa dalam mengorganisasikan pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran CTL guru belum menguasai prosedur pembelajaran. Strategi belajar mengajar belum mengarah kepada upaya agar siswa aktif. Guru sudah berusaha melibatkan siswa dalam setiap fase kegiatan pembelajaran yang diselenggarakan.
Metode ini dapat belum meningkatkan memotivasi siswa untuk aktif dalam bertanya, menyampaikan pendapat, melakukan kegiatan diskusi dan observasi namun belum mampu mengantarkan siswa untuk mengaitkan materi pelajaran dengan kehidupan sehari-hari.
b) Siklus kedua
Hasil pengamatan terhadap pengelolaan pembelajaran pada siklus pertama dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
Tabel 4.2
Data hasil pengamatan pengelolaan pembelajaran siklus pertama

No Aspek yang Diamati Penilaian
Pengamatan KBM 4 3 2 1
1 Menyampaikan pentingnya materi ini utk dipelajari √
2 Menyampaikan kompetensi yang harus dicapai √
3 Memotivasi siswa √
4 Membimbing siswa untuk aktif √
5 Menjelaskan prosedur pembelajaran CTL √
6 Mengorganisasikan siswa dalam kelompok √
7 Membimbing observasi kelompok √
8 Menyampaikan ide atau pendapat √
9 Menjawab/menanggapi pertanyaan √
10 Memandu diskusi kelas √
11 Merumuskan kesimpulan belajar √
12 Memberikan pengakuan/penghargaan √
13 Memberikan tes berupa resitasi/umpan balik √
14 Membimbing siswa dalam diskusi kelompok dan diskusi kelas √


Suasana Kelas
1 Siswa antusias √
2 Guru antusias √
3 Waktu sesuai dengan alokasi √
4 KBM sesuai dengan skenario pembelajaran √

Dari hasil pengamatan di atas dapat diketahui bahwa dalam mengorganisasikan pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran CTL guru sudah menguasai prosedur pembelajaran. Strategi belajar mengajar mulai mengarah kepada upaya agar siswa aktif. Guru sudah berusaha melibatkan siswa dalam setiap fase kegiatan pembelajaran yang diselenggarakan.
Metode ini dapat memotivasi siswa untuk aktif dalam bertanya, menyampaikan pendapat, melakukan kegiatan diskusi dan observasi namun belum mampu mengantarkan siswa untuk mengaitkan materi pelajaran dengan kehidupan sehari-hari.
c) Siklus ketiga
Hasil pengamatan terhadap pengelolaan pembelajaran pada siklus ketiga dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
Tabel 4.3
Data hasil pengamatan pengelolaan pembelajaran siklus kedua

No Aspek yang Diamati Penilaian
Pengamatan KBM 4 3 2 1
1 Menyampaikan pentingnya materi ini utk dipelajari √
2 Menyampaikan kompetensi yang harus dicapai √
3 Memotivasi siswa √
4 Membimbing siswa untuk aktif √
5 Menjelaskan prosedur pembelajaran √
6 Mengorganisasikan siswa dalam kelompok √
7 Membimbing observasi kelompok √
8 Menyampaikan ide atau pendapat √
9 Menjawab/menanggapi pertanyaan √
10 Memandu diskusi kelas √
11 Merumuskan kesimpulan belajar √
12 Memberikan pengakuan/penghargaan √
13 Memberikan tes berupa resitasi/umpan balik √
14 Membimbing siswa dalam diskusi kelompok dan diskusi kelas √
Suasana Kelas
1 Siswa antusias √
2 Guru antusias √
3 Waktu sesuai dengan alokasi √
4 KBM sesuai dengan skenario pembelajaran √

Dari hasil pengamatan di atas dapat diketahui bahwa dalam mengorganisasikan pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran CTL guru sudah menguasai prosedur pembelajaran. Strategi belajar mengajar sudah mengarah kepada upaya agar siswa aktif. Guru sudah berusaha melibatkan siswa dalam setiap fase kegiatan pembelajaran yang diselenggarakan.
Strategi ini dapat memotivasi siswa untuk aktif dalam bertanya, bereksperimen secara mandiri dan menyampaikan pendapat serta mampu mengantarkan siswa untuk mengaitkan materi pelajaran dengan kehidupan sehari-hari. Media pengajaran yang medukung strategi pengajaran dalam meningkatkan aktivitas siswa sudah digunakan. Guru sudah memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar tetapi belum maksimal.
Selama siswa melakukan diskusi kelompok, guru mengawasi dan tetap memperhatikan aktivitas semua siswa dalam kelompok dan siswa tidak dibiarkan bekerja sendiri tanpa kendali sehingga mereka tetap aktif dan berpartisipasi dalam kerja kelompok


2. Data hasil motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran
Motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran pada siklus pertama, kedua dan ketiga dapat dikelompokkan sebagai berikut:
Tabel 4.4
Prosentase motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran

Indikator Siklus 1 (%) Siklus 2 (%) Siklus 3 (%)
Tinggi 5 38 49
Sedang 77 52 51
Rendah 18 10 -
Jumlah 100 100 100

Dari tabel di atas pada kondisi awal pembelajaran hanya terdapat 5 % siswa berada pada kategori motivasi yang tinggi, 77 % siswa berada pada kategori motivasi sedang dan 18 % siswa berada pada kategori motivasi rendah. Setelah dilakukan perbaikan pembelajaran pada siklus pertama terjadi perubahan tingkat motivasi siswa dimana terdapat 38 % siswa berada pada ketegori motivasi yang tinggi, 52 % siswa berada pada kategori motivasi sedang dan 10 % siswa berada pada kategori motivasi rendah.
Setelah dilakukan perbaikan pembelajaran pada siklus kedua terjadi perubahan tingkat motivasi siswa yang sangat signifikan, dimana terdapat 49 % siswa berada pada kategori motivasi yang tinggi, 51 % siswa berada pada kategori motivasi sedang dan tidak ada siswa yang berada pada kategori motivasi rendah.

E. Pembahasan
Berdasarkan hasil temuan penelitian tindakan, terdapat peningkatan hasil belajar PAI kelompok subjek yang menggunakan pembelajaran CTL. Berdasarkan kenyataan di atas, pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran CTL memiliki kemampuan dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa untuk lebih aktif dan kreatif dalam menggali pengetahuan dan dalam menemukan dan menyelesaikan masalah yang dimunculkan. Perbedaan yang timbul dengan diberlakukannya teknik pendekatan pembelajaran terletak pada keaktifan siswa dalam menemukan dan menyelesaikan masalah dalam pembelajaran serta perolehan hasil belajar siswa setelah diberlakukannya strategi pembelajaran.
Penggunaan strategi pembelajaran CTL dimaksudkan agar peserta didik terhindar dari perasaan jenuh dan membosankan, yang menyebabkan perasaan malas menjadi muncul. Pengajaran sepantasnya tidak monoton, berulang-ulang dan menimbulkan rasa jengkel pada diri peserta.
Dari uraian-uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa teknik dan prosedur mengajar yang bervariasi efektif untuk memelihara minat/motivasi peserta didik. Pengajaran yang bermotivasi menuntut kreatifitas dan imajinitas pada guru untuk berusaha secara sungguh-sungguh mencari cara-cara yang relevan dan serasi guna membangkitkan dan memelihara motivasi belajar peserta didik. Motivasi yang telah dimiliki oleh peserta didik, apabila diberi semacam penghalang seperti ujian mendadak, akan menyebabkan kegiatan kreatifnya tumbuh sehingga ia akan lolos dari penghalang tadi dan ia akan memperoleh hasil memuaskan, terutama dalam mata pelajaran PAI.
Keterampilan guru dalam mengelola kelas juga meningkat lebih baik, cara membimbing dan memberi penjelasan kepada siswa semakin baik. Media pengajaran mampu dimanfaatkan guru untuk mendukung strategi pengajaran. Siswa mampu menunjukkan kemampuan perilaku siswa sebagai cerminan keyakinan sifat-sifat Allah SWT. Dari tugas yang diberikan guru, menunjukkan tingkat pemahaman siswa terhadap materi sudah sangat baik.
Terdapat hambatan-hambatan yang timbul pada penggunaan strategi pembelajaran CTL. Belum adanya pembimbingan khusus pada arah kecenderungan minat siswa; kemampuan guru yang kurang dalam memadukan seluruh siswa belajar bersama sehingga siswa kurang antusias; dan keterbatasan alat peraga atau media pembelajaran. Namun demikian hambatan-hambatan tersebut bukan merupakan halangan dalam menerapkan strategi pembelajaran, karena hambatan mampu untuk diatasi oleh guru dan lembaga pendidikan. Hambatan lain yang ditemukan dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan CTL umumnya bersifat teknis belaka akibat dari kurangnya guru menggunakan strategi pembelajaran kontekstual.




BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Pembelajaran dengan menggunakan CTL pada pembelajaran PAI di SMPN 1 Pacitan memiliki kemampuan dalam meningkatkan keterampilan siswa dalam pembelajaran PAI. Perbedaan yang timbul dengan diberlakukannya teknik pembelajaran terletak pada keaktifan siswa dalam kerja kelompok dan perolehan hasil belajar siswa setelah diberlakukannya strategi pembelajaran. Hambatan-hambatan yang timbul dikarenakan belum adanya pembimbingan khusus pada arah kecenderungan minat siswa; kemampuan guru yang kurang dalam memadukan seluruh siswa belajar bersama sehingga siswa kurang antusias; dan keterbatasan media pembelajaran.
2. Berdasarkan hasil temuan penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa teknik dan prosedur mengajar yang bervariasi efektif untuk memelihara minat/motivasi peserta didik..

B. Saran dan Tindak Lanjut
Berdasarkan kesimpulan di atas dapat disampaikan saran-saran sebagai langkah tindak lanjut sebagai berikut:
1. Bagi guru, khususnya guru mata pelajaran PAI, hendaknya menggunakan pembelajaran CTL dalam proses belajar mengajarnya, sehingga efektifitas belajar mengajar akan meningkat. Dengan adanya efektifitas belajar mengajar, maka tujuan belajar dapat tercapai yang dapat ditunjukkan dengan adanya peningkatan hasil belajar siswa.
2. Bagi pihak sekolah diharapkan untuk lebih meningkatkan sarana dan prasarana berupa penyediaan media pengajaran yang memadai, sehingga pelaksanaan belajar mengajar akan lebih efektif dan efisien.
3. Bagi pihak pemerintah diharapkan untuk melakukan kegiatan pelatihan, seminar atau lokakarya pendidikan dan pembelajaran guna peningkatan kompetensi guru dalam mengajar.

























DAFTAR PUSTAKA





Departemen Agama RI. (2004). Pedoman Pendidikan Agama Islam di Sekolah Umum. Jakarta : Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam, Direktorat Madrasah dan Pendididkan Agama Islam pada Sekolah Umum.
Elliot, J. (1993). Action Research and Education Change. Philadhelphia: Open University Press.

Rochiati, W. (2006). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sanjaya, Wina. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana, Prenada Media Group.

Suharsimi, Arikunto. (2002). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Sukmadinata, Nana Sy. (2006). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja
Rosdakarya.

Suparmin. (2004). Motivasi dan Etos Kerja: Modul Orientasi Pembekalan Calon PNS. Jakarta: Biro Kepegawaian Sekretariat Jenderal Departemen Agama Republik Indonesia.

Tim MGMP PAI. (2005). Perangkat Pembelajaran Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam. TIM MGMP PAI
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts



 
Support : Your Link | Your Link | Your Link
Copyright © 2013. GUS AFLACH - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Modified by CaraGampang.Com
Proudly powered by Blogger