Home » » PTK Intensif Belajar

PTK Intensif Belajar

Written By Aflach Perdana Putra on Sabtu, 08 Mei 2010 | 21.46

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Memasuki era global yang ditandai penggunaan teknologi tinggi dan sistem ekonomi pasar bebas akan melahirkan tata kehidupan yang transparan, efisien, profesionalistis dan persaingan ketat. Untuk dapat bertahan dalam pergumulan kehidupan di era itu dituntut menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi secara memadai. Karena itu persiapan untuk menghadapi perubahan pola kehidupan tersebut salah satu prioritas program pembangunan disektor pendidikan adalah “Peningkatan kualitas sumber daya manusia”.
Kualitas manusia yang diciptakan adalah manusia Indonesia seutuhnya yang berupa diwujudkan secara bertahap, terus menerus dan berkesinambungan sesuai dengan jenjang, macam dan jenis pendidikan melalui sejumlah mata pelajaran yang terakumulasi dalam kurikulum. Dalam usaha menyeragamkan kualitas hasil pendidikan secara nasional dilakukan standarisasi soal berdasarkan kurikulum yang berlaku pada evaluasi tahap akhir yang dikenal dengan EBTANAS.
Hasil pelaksanaan Ebtanas bagi tiap-tiap siswa berupa nilai Ebtanas Murni (NEM) selanjutnya dipergunakan sebagai alat untuk seleksi penerimaan siswa baru pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Karena itu setiap sekolah untuk dapat mengantarkan siswa-siswanya ke sekolah pilihan (favorit, sekolah yang dianggap berkualitas oleh masyarakat) berusaha mempersiapkan siswanya memperoleh NEM setinggi-tingginya dengan berbagai jurus. Dan salah satunya adalah program intensif belajar yaitu program untuk memperdalam penguasaan materi pelajaran yang di Ebtanaskan, melatih kesiapan psikis siswa agar diperoleh nilai yang optimal.
Program Intensif Belajar yang selama ini telah berlangsung terlepas apapun namanya, memperoleh dukungan positif dari semua pihak yang terlibat dan berkepentingan dalam pendidikan. Dan penyelenggaraannyapun tidak lagi terbatas di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal tetapi juga sekelompok masyarakat dalam bentuk bimbingan belajar.
Pada waktu kegiatan ini mulai berlangsung, maka seluruh waktu, tenaga, pikiran siswa terpusat hanya untuk suksesnya Ebtanas. Dari hal tersebut pada akhirnya diharapkan memperoleh NEM yang memuaskan disamping muncul berbagai keluhan dari siswa selama kegiatan berlangsung, seperti : lelah, pusing, tegang, ngantuk, malas belajar, berusaha meninggalkan sekolah, sakit-sakitan dan alasan lainnya.
Berangkat dari latar belakang masalah tersebut dalam usaha mencari formulasi pelaksanaan program Intensif Belajar yang dapat mengoptimalkan tercapainya hasil belajar dan meminimalkan dampak negatif yang muncul, maka dalam karya tulis ilmiah ini meneliti tentang : “Persepsi Siswa Terhadap Pelaksanaan Program Intensif Belajar”.

B. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui persepsi siswa mengenai waktu pelaksanaan program intensif belajar.
b. Untuk mengetahui persepsi siswa mengenai metode yang digunakan dalam program intensif belajar.

C. Ruang Lingkup Masalah
Untuk menghindari kekaburan data yang mengurangi kesesuaian, ketepatan, kecermatan, keterpercayaan dan salah dalam menarik kesimpulan dalam penelitian ini, maka lingkup penelitian yang meliputi : variabel penelitian, populasi penelitian dan lokasi penelitian dibatasi sebagai berikut :
a. Variabel penelitian
Dalam penelitian ini terdapat satu variabel yaitu : persepsi siswa terhadap pelaksanaan Program Intensif Belajar dengan indikasi variabel sebagai berikut :
- Waktu (jam/hari, hari/minggu)
- Lama
- Metode
- Fasilitas
- Harapan
b. Populasi penelitian
Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XII – MAN 7 Jombang yang mengikuti Program Intensif Belajar yang diselenggarakan sekolah.
c. Lokasi dan waktu belajar penelitian
Lokasi penelitian ini adalah MAN 7 Jombang yang berada di Jalan Raya Utama 57 Banjarsari Bandarkedungmulyo Jombang, tepatnya di Desa Banjarsari Kecamatan Bandarkedunmulyo Kabupaten Jombang tahun pelajaran 2005-2006.

BAB II
PEMBAHASAN TEORITIS DAN ANALISIS DATA

A. Permasalahan
1. Kapan waktu pelaksanaan Program Intensif Belajar menurut persepsi siswa MAN 7 Jombang.
2. Metode apa yang digunakan dalam pelaksanaan Program Intensif Belajar menurut persepsi siswa MAN 7 Jombang.

B. Permasalahan Teoritis tentang Persepsi Siswa terhadap Pelaksanaan Program Intensif Belajar
a. Pembahasan Teoritis tentang Persepsi
Persepsi merupakan kata serapan dari bahasa Inggris “Perception” yang menurut EB Ros LLB “Percaiving” (E.T. Noe, 1988 : 150) diartikan dalam bahasa Indonesia “Penglihatan Tanggapan Daya” (M. Echold John, 1986 : 242).
Untuk memperoleh rumusan yang lebih jelas disampaikan pula rumusan secara terminologis oleh : James Draver (1990 : 206) sebagai berikut :
“The process of recognizing or indentying something recognize or identity is the object, affecting a senose orgen” (Proses untuk mengingat atau mengidentifikasikan suatu, biasanya dipakai dalam persepsi rasa bila benda yang kita ingat adalah obyek yang mempengaruhi organ perasaan).
Sedangkan Desiderato (1985 : 64) mengartikan sebagai pengalaman tentang obyek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.
Berangkat dari rumusan diatas, maka persepsi mengenai sesuatu menyangkut proses transaksional dengan obyek persepsinya, obyek itu melakukan sesuatu terhadap dirinya sebaliknya ia berbuat sesuatu pada obyek itu, proses transaksional tersebut memasuki lingkup organisasi psikologis yang terikat oleh kaidah-kaidah persepsi sebagai berikut :
1) Persepsi bersifat selektif secara fungsional yang menentukan persepsi bukan jenis stimuli tetapi karakteristik (pengalaman, kebutuhan, kesiapan mental, suasana nasional dan latar belakang budaya) yang mempersepsi.
2) Medan perseptual dan kognitif selalu diorganisir dan diberi arti. Dalam mengorganisir stimuli dengan melihat kontaknya walau stimuli yang diterima tidak lengkap.
3) Sifat-sifat perseptual dan kognitif dari struktur ditentukan pada umumnya oleh sifat-sifat struktur secara keseluruhan. Jika individu dianggap anggota suatu kelompok semua sifat-sifat individu yang berkaitan dengan kelompoknya dengan akibat asimilasi atau kontres.
4) Obyek atau peristiwa yang berdekatan dalam ruang dan waktu atau yang menyerupai satu dengan lainnya cenderung ditanggapi sebagai bagian dari struktur yang sama (Rahmad Jalaludin, 1985 : 69).
Kaidah-kaidah ini umumnya betul-betul bersifat strutural dalam mengelompok obyek-obyek fisik, dengan mengukur jarak antara obyek atau melihat kesamaan benda-benda yang dapat dikelompokkan. Namun demikian obyek yang paling sederhana sekalipun mempunyai banyak segi untuk dipersepsi dari segala segi sekaligus tanpa kesalahan, bahkan suatu obyek yang sama bisa dipersepsi berbeda oleh dua perseptor, hal ini disebabkan antara lain :
- Perhatian
- Harapan
- Kebutuhan
- Sistem nilai
- Gangguang kejiwaan (Sarlito Wirawan Sarwono, 1992 : 44).
Persepsi terhadap obyek berupa benda telah dihadapkan kemungkinan-kemungkinan kesalahan, apalagi obyek yang dipersepsi tersebut bukan benda tetapi manusia atau biasa disebut Persepsi Interpersonal, maka proses persepsi makin bervariasi. Persepsi interpersonal terbentuk dari dua atau lebih orang yang menginteraksi dengan isi komprehensif dan saling overlaping sehingga terbentuk lapangan yang dimiliki bersama (Nawcomb M. Theodore, 1981 : 240), maksudnya masing-masing dari mereka mencakup dalam lapangan kesadarannya, dirinya sendiri, orang lain dan aspek dari lingkungan bersama.
Masing-masing dari sepasang orang yang berinteraksi merupakan suatu sumber informasi bagi yang lain sekalipun menerima informasi dari dirinya sendiri, sebagaimana mereka saling mempersepsi antara satu dengan lainnya. Dengan demikian maka setiap orang adalah obyek persepsi sekaligus perseptor.
a. Pembahasan Teoritis tentang Belajar Intensif
Belajar dalam percakapan sehari-hari biasa diartikan pergi sekolah menuntut ilmu untuk bekal hari nantinya. Merumuskan pengertian tersebut tidak sepenuhnya salah, namun untuk memperoleh rumusan pengertian belajar perlu ditelusuri arti stimologisnya yaitu : “Berusaha memperoleh kepandaian (ilmu)” (AJS. Poerwadarminta, 1995 : 22).
Dan pengertian belajar sebagaimana dirumuskan Whitaker (1970 : 215), adalah : “Learning may be defined as the process by which behavior originates or is altered training or experience”, artinya belajar dapat didefinisikan sebagai proses perubahan tingkah laku melalui latihan dan pengalaman. Dan S. Nasution (1982 : 39) dalam karyanya memberi pengertian belajar sebagai proses yang melahirkan atau mengubah suatu kegiatan melalui jalan latihan (apakah laboratorium atau lingkungan alamiah).
Masih banyak lagi rumusan pengertian mengenai belajar yang tentunya tidak dapat dikemukakan disini satu persatu, namun demikian meskipun berbeda rumusan tetapi dapat disimpulkan bahwa belajar adalah : suatu proses perubahan yang terjadi pada individu sebagai akibat latihan atau pengalaman yang dilakukan melalui interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan intensif menurut W.J.S. Poerwadarminta (1995 : 382) adalah : “Dalam, kuat, hebat, sungguh-sungguh”, dari hal tersebut maka yang dimaksud belajar intensif adalah : usaha memberi pengalaman dan latihan dengan sungguh-sungguh untuk memperoleh hasil belajar yang sebaik-baiknya.
Hasil belajar merupakan produk daripada berbagai faktor pendidikan yang kompleks. Dan berdasarkan pendekatan “output input sistem” proses kegiatan belajar secara menyeluruh dapat digambarkan sebagai berikut :








Dari gambar tersebut dapat dijelaskan bahwa : “Raw input” adalah siswa yang berbhineka baik secara fisiologis maupun psikologis kemudian diolah didalam “Learning Process” yaitu : kegiatan belajar-mengajar yang melibatkan faktor “Instrument Input” berupa : materi pelajaran, metode, disiplin sekolah, gedung sekolah dan lain-lain dan dipengaruhi “Environment” yaitu : sekolah, keluarga dan masyarakat untuk memperoleh “Output” sebagai hasil belajar.
Usaha mengoptimalkan hasil belajar banyak faktor yang perlu diperhatikan yang secara garis besar oleh Sumadi Suryobrata (1984 : 253) dibedakan :
1. Faktor yang berasal dari diri pelajar, terdiri dari :
a. Faktor fisiologis, antara lain :
- Kelengkapan alat dria.
- Kesehatan
- Nutrisi
b. Faktor psikologis, antara lain :
- Kecerdasan
- Minat
- Perhatian
- Motif
- Kematangan
- Kepribadian
- Kelelahan psikis
2. Faktor yang berasal dari luar diri pelajar
a. Faktor non sosial
- Waktu (pagi, siang, sore, malam)
- Suhu, cuaca
- Tempat
- Alat, dan lain-lain
b. Faktor sosial
- Guru
- Teman sekelas
- Lingkungan keluarga
Dalam kenyataannya faktor-faktor tersebut antara satu dengan faktor yang lain saling kait mengkait dan merupakan satu kesatuan yang integral. Karena itu Program Belajar Intensif yang dilakukan perlu mengintensifkan berbagai faktor terkait untuk meningkatkan hasil belajar baik penguasaan materi, pengenalan soal serta kemampuan memecahkannya dan mampu menyiapkan siswa secara psikis menghadapi EBTANAS. Agar berhasil dalam EBTANAS ada beberapa hal yang perlu diperhatikan siswa antara lain :
a. Niat dan semangat dalam belajar
b. Meningkatkan ibadah dan berdoa kepada Allah
c. Pengaturan waktu yang baik
d. Cara belajar yang efisien (Heri Budianto, 1993 : 40).
Disamping itu menurut The Liang Gie (1975 : 103) hendaknya memperhatikan kesehatan, perlengkapan belajar, tempat duduk, penerangan, cara membaca yang baik membuat catatan pokok-pokok yang penting dan belajar secara terarah, teratur dan terencana. Dan mengenai Program Belajar Intensif yang selama ini telah dilakukan di sekolah salah seorang siswa mengatakan : Program tersebut sangat baik, karena dapat memperdalam materi dan diujicobakan seperti keadaan yang sebenarnya sehingga lebih percaya diri menghadapi EBTANAS, hanya saja waktunya padat, melelahkan dan membosankan. Terlepas dari itu semua PIB maju terus.

C. Penyajian Data
a. Subyek dan Teknik Pengumpulan Data
Subyek dalam penelitian untuk penulisan penelitian tindakan ini adalah seluruh siswa kelas XII MAN 7 Jombang tahun pelajaran 2005-2006 yang berjumlah 80 siswa atau kemudian disebut populasi. Mengingat tingkat heterogenitas : usia, status sebagai siswa MAN, kelas, tempat sekolah dan memperoleh perlakuan yang sama, yaitu : wajib mengikuti Program Intensif Belajar, maka responden ditetapkan sejumlah 67 siswa dari 80 siswa.
Adapun teknik yang dipergunakan untuk menentukan responden adalah : “Proporsional Cluster Sampling” artinya : semua populasi berhak dan mempunyai peluang untuk menjadi anggota sample secara proposional berdasarkan prosentase yang ditetapkan dari jumlah seluruh siswa dalam tiap-tiap kelas sesuai dengan kelompok prestasi yang telah dicapai pada semester sebelumnya, yaitu : Pandai, Sedang dan Kurang.
Sedangkan metode pengumpulan data yang ditentukan, antara lain : Dokumenter, Wawancara dan Angket. Masing-masing dipergunakan sesuai dengan sumber dan jenis data.
b. Temuan Fakta Mengenai Program Intensif Belajar
Program Intensif Belajar merupakan program rutin MAN 7 Jombang yang dilaksanakan berdasarkan rapat Dewan Guru, BP3 dan orang tua/wali murid kelas XII sesuai landasan yuridis yang bisa dipertanggungjawabkan, dan tujuannya adalah :
1. Mengintensifkan belajar siswa.
2. Memperdalam penguasaan materi EBTANAS.
3. Membimbing siswa memecahkan soal.
4. Pembinaan siswa yang berprestasi.
Waktu pelaksanaan Program Intensif Belajar pada sore hari setelah jam pelajaran kurikuler berlangsung selama 5 hari setiap minggu dalam 5 bulan mulai dari 1 November 2005 – 31 Maret 2006 yaitu pukul 13.45 – 15.45 atau 10 jam pelajaran setiap seminggu yang tiap pelajarannya 60 menit (periksa lampiran).
Program ini diikuti oleh seluruh siswa kelas XII IPA/IPS berjumlah 80 siswa dengan metode :
1. Ceramah.
2. Pemecahan Soal.
3. Eksperimen.
4. Pemberian Tugas
Dan pelaksanaan Program Intensif Belajar yang selama ini telah berlangsung : waktu, lama, metode, kondisi peserta, arah, harapan menurut persepsi siswa berdasarkan angket dapat disajikan dalam tabel-tabel berikut :
Tabel 1
Lama Pelaksanaan Setiap Hari

No. Lama pelaksanaan / hari Jumlah %
1 Sebanyak 1 jam 24 35,82
2 1 – 2 jam 37 55,22
3 2 – 3 jam 4 5,97
4 Lebih dari 3 jam 2 2,99
Jumlah 67 100

Berdasarkan tabel 1 tersebut dapat diketahui bahwa pelaksanaan program intensif belajar setiap harinya menurut sebagian besar siswa (55,22 %) dilaksanakan 1 - 2 jam.
Dan frekuensi pelaksanaannya setiap minggu sebagian besar siswa (44,78 %) menyebutkan 3 – 4 kali dengan alasan supaya tidak lelah dan bosan dalam mengikuti kegiatan, lebih lanjut hal tersebut disajikan dalam tabel berikut :
Tabel 2
Frekuensi Tiap Minggu

No. Frekuensi tiap minggu Jumlah %
1 1 – 2 kali 6 8,96
2 2 – 3 kali 12 17,90
3 3 – 4 kali 30 44,78
4 setiap hari 19 28,36
Jumlah 67 100

Sedangkan waktu pelaksanaan Program Intensif Belajar (56,72 %) siswa menyatakan dilaksanakan setelah jam pelajaran berlangsung yaitu : siang sampai sore hari karena waktu itu dipandang yang paling efisien bagi siswa tidak pulang-balik ke sekolah apalagi bagi siswa yang rumahnya jauh akan terasa memberatkan, untuk lebih jelasnya hal tersebut disajikan berikut :
Tabel 3
Waktu Pelaksanaan PIB

No. Lama pelaksanaan / hari Jumlah %
1 Pagi hari jam ke : 0 sebelum pelajaran dimulai 8 11,94
2 Menambah jam pelajaran-pelajaran EBTANAS 2 2,98
3 Setelah jam pelajaran berlangsung sampai sore 38 56,72
4 Sore seperti les 19 28,36
Jumlah 67 100

Sedangkan lamanya pelaksanaan Program Intensif Belajar ini sebagian besar siswa (79,11 %) dimulai pada semester satu kelas XII dan (20,59 %) menyatakan sebaiknya dimulai dari semester dua Kelas XII, hal ini dimaksud supaya dapat melakukan persiapan yang cukup dalam menghadapi EBTANAS. Untuk lebih jelasnya mengenai hal tersebut disajikan dalam tabel berikut :
Tabel 4
Lama Pelaksanaan PIB

No. Lama pelaksanaan PIB Jumlah %
1 Mulai semester I 14 20,89
2 Mulai semester II 53 79,11
Jumlah 67 100

Sedangkan hal yang dikerjakan siswa setelah pelaksanaan Program Intensif Belajar disajikan dalam tabel berikut :
Tabel 5
Kegiatan Dirumah

No. Belajar PIB Jumlah %
1 Capek, pusing, malas belajar lagi 9 13,46
2 Bermain, nonton TV 5 7,47
3 Istirahat, tidak belajar lagi 10 14,83
4 Belajar untuk mengerjakan PR saja 29 43,23
5 Belajar lagi sampai kurang dari pukul 21.00 8 43,28
6 Belajar lagi sampai lebih dari pukul 21.00 - -
Jumlah 67 100
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa (43,28 %) sesampai dirumah setelah mengikuti PIB hanya untuk mengerjakan pekerjaan rumah karena mereka sudah merasa capai (64 %). Karena merasa capai itu pula sebanyak (59 %) siswa mengatakan pernah membolos dari PIB meskipun pada pagi harinya masuk seperti biasa yang dilakukan rata-rata sebanyak dua kali.
Dalam pelaksanaannya PIB hampir semua siswa menyebutkan pernah terjadi jam kosong (83,00 %), setidak-tidaknya dalam satu minggu terjadi satu kali dan sebanyak (27,00 %) mengatakan jam kosong terjadi rata-rata dua kali setiap minggunya. Lebih jelasnya periksa tabel berikut :
Tabel 6
Jam Kosong

No. Jam kosong dalam minggu Jumlah %
1 1 jam 42 62,00
2 1 – 2 jam 25 38,00
3 3 – 4 jam 0 0
4 Lebih dari 4 jam 0 0
Jumlah 67 100

Sedangkan metode yang dipergunakan dalam pelaksanaan Program Intensif Belajar sebanyak (53,00 %) menyatakan menggunakan metode ceramah dan (47,00 %) siswa menyebutkan metode pemecahan soal. Untuk lebih jelasnya metode yang dipergunakan dalam PIB menurut siswa disajikan dalam tabel berikut :
Tabel 7
Metode Pembelajaran PIB

No. Metode yang digunakan Jumlah %
1 Ceramah 36 53,00
2 Mencatat 6 8,00
3 Tanya-jawab 13 19,00
4 Pemecahan soal 32 47,00
5 Latihan/Drill 11 18,00
6 Simulasi 4 5,00

Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa dalam pelaksanaan proses pembelajaran dalam PIB ceramah merupakan metode yang paling banyak dipergunakan dan metode yang paling sesuai menurut anggapan siswa adalah metode pemecahan soal (61,00 %). Sedangkan keadaan peserta selama kegiatan PIB berlangsung (32,82 %) menyatakan ada yang tertidur dan (40,29 %) terkantuk-kantuk (22,38 %) tidak memperhatikan karena sulit konsentrasi (2,99 %) berusaha sungguh memperhatikan dan hanyak (1,49 %) yang bersemangat mengikuti dan aktif dalam PIB. Hal ini terjadi menurut siswa karena capai (52,23 %) untuk lebih jelasnya periksa tabel berikut :
Tabel 8
Keadaan Peserta

No. Keadaan Peserta PIB Jumlah %
1 Sebagian ada yang tertidur 22 38,82
2 Terkantuk-kantuk tidak memperhatikan 27 40,29
3 Tidak konsentrasi 15 22,38
4 Sungguh memperhatikan 2 2,99
5 Bersemangat dan aktif 1 1,49
Jumlah 67 100

Sedangkan mengenai kesiapan guru dalam menyajikan materi dapat disajikan dalam tabel berikut :
Tabel 9
Kesiapan Guru dalam PIB

No. Kesiapan guru dalam PIB Jumlah %
1 Tidak siap 4 5,97
2 Kurang siap 8 11,94
3 Kadang siap kadang tidak 37 55,22
4 Menguasai materi dan siap 18 26,87

Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa guru pada waktu menyajikan PIB kadang-kadang siap kadang-kadang tidak, karena itu mereka menganggap PIB itu tidak berbeda dengan pelajaran biasa (83,58 %), mengenai gambaran EBTANAS menurut siswa setelah mengikuti PIB sebagian besar (71,64 %) menyatakan mempunyai gambaran yang lebih jelas. Masalah tersebut disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 10
Gambaran tentang Ebtanas

No. Gambaran Ebtanas Jumlah %
1 Sama sekali tidak jelas 8 11,94
2 Tidak jelas 6 8,96
3 Sedikit jelas 48 71,64
4 Jelas sekali 5 7,46
Jumlah 67 100

Tentang hasil try out PIB yang telah dilakukan sejumlah siswa (26,36 %) menyatakan sangat kurang , sebanyak (38,81 %) menyatakan kurang dan (28,36 %) siswa menyatakan cukup (4,48 %) baik dan yang menyebutkan memuaskan adalah (0,00 %), hal ini terjadi dikarenakan siswa tidak sempat belajar dan tidak belajar. Untuk jelasnya hal tersebut disajikan dalam tabel berikut :
Tabel 11
Hasil Try Out PIB

No. Hasil Try Out PIB Jumlah %
1 Sangat kurang 19 28,36
2 Kurang 26 38,81
3 Cukup 19 28,36
4 Baik 3 4,46
5 Memuaskan 0 0
Jumlah 67 100
Sedangkan mengenai prakiraan hasil EBTANAS nantinya dapat disajikan dalam tabel berikut :
Tabel 12
Prakiraan Hasil Ebtanas

No. Prakiraan hasil Jumlah %
1 Sama sekali tidak yakin 6 8,96
2 Ragu-ragu 34 50,74
3 Lebih baik 19 28,36
4 Sangat baik 8 11,94
Jumlah 67 100

Tabel diatas menunjukkan sebagian besar siswa (50,74%) masih ragu-ragu terhadap hasil nilai yang dicapai dalam EBTANAS meskipun telah mengikuti PIB.

D. Kesimpulan dan Pemecahan Masalah
1. Kesimpulan
Berdasarkan temuan-temuan fakta mengenai pelaksanaan Program Intensif Belajar menurut persepsi siswa, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
a. Waktu Pelaksanaan PIB
Waktu pelaksanaan Program Intensif Belajar yang telah diprogram sekolah merupakan waktu yang paling efisien menurut sebagian besar siswa, hanya belum efektif karena semua pelaksanaannya banyak siswa yang tertidur, terkantuk-kantuk dan tidak memperhatikan materi pelajaran yang disampaikan karena telah merasa lelah.
b. Metode yang dipergunakan dalam PIB
Metode yang paling sering dipergunakan dalam PIB adalah ceramah dan siswa memandang guru kadang-kadang siap dan menguasai materi kadang-kadang tidak, sehingga siswa merasa tidak mempunyai gambaran yang jelas mengenai EBTANAS dan ragu terhadap nilai yang akan diperoleh nantinya.
2. Pemecahan Masalah
Berangkat dari kesimpulan dalam penelitian ini, maka dengan segala kerendahan hari kami mengajukan beberapa saran sebagai alternatif pemecahan masalah, sebagai berikut :
a. Waktu Pelaksanaan PIB
1. Hendaknya dapat diusahakan pemutaran musik, pembacaan ayat-ayat suci Al-Qur’an atau gerak badan sebentar guna memberi penguatan pada masa pemulihan sehingga setelah istirahat siswa benar-benar segar kembali.
2. Lamanya pelaksanaan PIB hendaknya mempertimbangkan titik temu masa prestasi optimum dengan waktu pelaksanaan EBTANAS sehingga diperoleh nilai maksimal.
3. Mata pelajaran PIB hendaknya diusahakan bersambung dengan mata pelajaran pagi harinya, agar siswa menguasai materi pelajaran secara utuh.
4. Pada waktu PIB hendaknya dilakukan pendekatan yang tidak terlalu formal untuk mengurangi tingkat kejenuhan siswa.
b. Metode yang dipergunakan dalam PIB.
1. Hendaknya diusahakan memperbanyak metode drill yaitu : latihan soal EBTANAS agar siswa dapat memperdalam penguasaan materi, pengenalan bentuk soal dan pemecahannya.
2. Agar materi PIB terarah, hendaknya guru mata pelajaran yang di-EBTANASkan menyusun materi berdasarkan soal-soal EBTANAS sebelumnya dan SKL materi EBTANAS yang akan diujikan.

LAMPIRAN PENUNJANG :
 Daftar Pustaka
 Instrumentasi Pengumpulan Data
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts



 
Support : Your Link | Your Link | Your Link
Copyright © 2013. GUS AFLACH - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Modified by CaraGampang.Com
Proudly powered by Blogger