Home » » Manajemen Kalkulatif

Manajemen Kalkulatif

Written By Aflach Perdana Putra on Kamis, 13 Mei 2010 | 06.43

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Belum ada korelasi yang pasti antara tingkat ksejahteraan guru dengan peningkatkan kompetensi yang berujung pada profesionalisme. Ada seorang guru yang gajinya tersisa minim sekali tetapi kinerjanya tetap tak terganggu. Sebaliknya ada juga guru yang gajinya terbilang besar tetapi kinerjanya kurang bagus. Meskipun demikian tidak dapat dipungkiri bahwa secara umum kondisi gaji merupakan salah satu variabel yang mendorong semangat kerja para guru. Semangat inilah yang mungkin dapat diaktualisasikan dalam bentuk peningkatan pengetahuan menuju peningkatan kompetensi yang diinginkan.
Pada banyak kasus profesionalisme lebih dipegaruhi oleh kompetensi kepribadian yang dimiliki. Guru guru yang memiliki dedikasi tinggi, akan mengajar dengan baik sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang ada. Guru yang memiliki dedikasi tinggi juga akan selalu berupaya meningkatkan pengetahuannya. Guru yang berdedikasi tinggi inilah yang seharusnya difasilitasi secara proporsional menuju profesionalisme pekerjaan. Bila dibuat sebuah premis maka dimensi dedikasi dan kesejahteraan akan mampu menciptakan profesionalime dalam bekerja.
Hadirnya sebuah dedikasi tidak serta merta turun dari langit. Hadirnya kesejahteraan pun tidak merupakan suatu keniscayaan yang dapat diterima oleh semua guru. Keduanya harus dilakukan melalui proses. Bisa jadi seorang guru memiliki dedikasi lebih dulu baru menyusul kesejahteraan, mungkin pula kesejahteraan dihadirkan untuk menyentuh kesadaran sehingga terjadi motivasi intrinsik menuju dedikasi. Yang pasti proses pembentukan menuju dedikasi dan kesejahteraan harus diupayakan melalui sosok pemegang peran motivator yang ada di sekolah, yakni Kepala Sekolah.
Kondisi yang ada, dalam kerangka pikir kebutuhan primer dan sekunder, gaji guru dapat dikatakan mendekati kecukupan. Namun kondisi tersebut akan berubah menjadi tidak cukup lagi manakala anak-anak yang dimiliki sudah memasuki bangku kuliah, apalagi bila jumlahnya lebih dari satu. Oleh karenanya perlu manajemen gaji yang kalkulatif agar tidak terjebak dalam patron, ’kikir’ maupun stigma negatif lainnya. Penciptaan managemen gaji yang kalkulatif tersebut sangat memerlukan peran pengendalian gaji yang melibatkan Kepala Sekolah sebagai penanggungjawab kegiatan pembelajaran di Satuan pendidikan dan diterapkan dengan strategi kekeluargaan.

1.2 Rumusan Masalah
Permasalahan yang akan dikaji dalam makalah ini dirumuskan sebagai berikut:
1.2.1 Bagaimana mengendalikan gaji guru agar tetap dapat membawa pulang gaji minimal 30%?
1.2.2 Bagaimana meningkatkan gaji menjadi 30% apabila sebelum sudah terlilit tagihan?

1.3 Strategi Pemecahan Masalah
Untuk dapat mengendalikan gaji sehingga dapat membawa pulang gaji minimal 30% dari keseluruhan gaji yang diterima dapat dilakukan strategi sebagai berikut:
- setiap pengajuan guru untuk memperoleh pinjaman dari lembaga keuangan baik pemerintah maupun swasta hanya diberikan persetujuan bila gaji yang diterima setelah dikurangi cicilan hutang masih tersisa 30% atau lebih.
Untuk dapat mengendalikan gaji sehingga dapat membawa pulang gaji minimal 30% dari keseluruhan gaji yang diterima bila sebelumnya telah terlilit angsuran hutang dapat dilakukan strategi sebagai berikut:
- mengkalkulasi jumlah angsuran pinjaman yang harus dibayar beserta bunganya
- melakukan koordinasi dengan UPTD Pendidikan Kecamatan perihal kondisi yang dialami guru
- mencarikan lembaga keuangan yang bersedia memberikan pinjaman sejumlah angsuran yang harus dibayar
- mengkomunikasikan kondisi gaji yang diterima guru setelah dikurangi angsuran kepada keluarga guru
- memberikan stresing kepada semua guru yang ada di sekolah perihal pengendalian gaji
- melibatkan guru yang gajinya dalam pengendalian pada kegiatan sekolah yang memungkinkan mendapatkan tambahan penghasilan
Dalam pembahasan selanjutnya untuk guru yang masih menerima haji lebih dari 30% tidak akan dibahas mengingat gaji yang diterima masih di atas ambang batas minimal yang ditentukan.














BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Alasan Pemilihan Strategi
Untuk dapat mengendalikan gaji guru agar dapat membawa pulang gaji sekurang-kurangnya 30% dari total penerimaan diterapkan strategi managemen kalkulatif berbasis kekeluargaan. Strategi tersebut dipilih dengan mempertimbangkan beberapa alasan, yaitu:
2.1.1 Guru yang terlilit angsuran pinjaman melebihi batas minimal gaji secara umum memiliki kondisi emosi yang labil. Oleh karenanya perlu perlakuan khusus yang lebih manusiawi, empati, rasional, dan persuasif, yang semuanya hanya dapat dilakukan dalam kerangka pikir kekeluargaan.
2.1.2 Strategi managemen kalkulatif akan lebih dapat diterima guru yang rata-rata memiliki kecerdasan normal, karena sesuai dengan pola pikir rasional.
2.1.3 Pendekatan kekeluargaan dipilih sebagai strategi untuk menghindarkan diri dari kecurigaan eksploitasi atas derita yang dialami guru, karena perasaan empati yang dimunculkan akibat kesamaan rasa dalam kehidupan keluarga.


2.2 Dampak Yang Diperoleh
Dampak dari strategi yang dipilih pada akhirnya memang memperoleh hasil sesuai harapan walaupun tidak dapat dicapai dengan cara instan. Diperlukan waktu dua sampai tiga tahun menuju ambang batas minimal penerimaa. Data peningkatan gaji yang dibawa pulang oleh para guru yang ada dapat disajikan sebagai berikut:
TABEL 1
DATA GAJI GURU SDN GROGOL I PER 1 JANUARI 2006
NO NAMA GAJI YANG SEHARUSNYA DITERIMA GAJI YANG DITERIMA PROSENTASE
1 RR * 1.712.100,00 1.424.300,00 83%
2 SK * 1.726.200,00 (1.848.700,00) (103%)
3 PS * 1.780.900,00. (1.755.700,00) (98%)
4 WW * 1.712.100,00 175.000,00 10%
5 LL * 1.712.100,00 (656.200,00) (38%)
6 MM * 1.499.300,00 (943.200,000) (62%)
7 PR * _ _ ` _
Keterangan: *Identitas disamarkan
( ) Mines
Kondisi tersebut perlahan-lahan dapat ditingkatkan dengan perkembangan-perkembangan sebagai berikut:

TABEL 2
KENAIKAN MENUJU 30% GAJI DITERIMA

NO NAMA 2006 2007 2008 2009
1 RR * 1.424.300 1.351.400 1.617.900 2.338.500
2 SK * (1.626.400) 701.500 892.200 980.400
3 PS * (38.300) 178.000 211.300 534.350
4 WW * 668.800 749.300 849.000 1.206.200
5 LL * (455.800) 902.300 1.110.400 1.473.000
6 MM * (258.800) 8.600 480.600 916.700
7 PR * _ 1.040.100 1.555.500 1.817.000

2.3 Kendala yang Dihadapi
Untuk menata penerimaan gaji guru menuju minimal 30% bukanlah pekerjaan yang mudah. Diperlukan perjuangan yang ulet dan gigih agar dapat mencapai hasil yang memuaskan. Dalam proses penataan tersebut tidak sedikit kendala yang dihadapi, yaitu:
2.3.1 Munculnya pandangan negatif terhadap Kepala Sekolah dengan dalih mencampuri unrusan pribadi guru terkait dengan gaji dan pengajuan pinjaman kepada lembaga keuangan, baik dari guru yang bersangkutan maupun anggota keluarga terutama dari suami atau istri guru.
2.3.2 Munculnya perasaan miskin dan membebani dari guru yang merasa berhutang budi kepada Kepala Sekolah, sehingga menjadi hambatan dalam setiap pergaulan dengan sesama teman.
2.3.3 Munculnya perasaan iri dari guru-guru yang gajinya normal karena besarnya perhatian Kepala Sekolah terhadap guru yang memerlukan bantuan dalam hal keuangan.
2.3.4 Munculnya kesan negatif dari aparat UPTD Pendidikan di Kecamatan karena setiap datang ke kantor terkesan hanya untuk kepentingan pinjam meminjam saja.
2.3.5 Munculnya sejumlah pertanyaan dari keluarga Kepala Sekolah, mengapa guru tersebut sering bertandang kepada Kepala Sekolah, mengapa guru yang lain tidak, apakah semua Kepala Sekolah juga menghadapi persoalan yang sama. Hal-hal tersebut meskipun sederhana kadang juga memberikan beban tersendiri dalam keluarga.
2.3.6 Munculnya stigma negatif dari para guru untuk menjauh dari keinginan menjadi Kepala Sekolah bahkan menurunkan tensi motivasi untu mengabdi sebagai Kepala Sekolah




2.4 Faktor-Faktor Pendukung
Beberapa faktor yang turut memberikan dukungan dalam ranagka menata keadaan gaji guru antara lain :
2.4.1 Adanya regulasi dari Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Jombang yang mempersyaratkan adanya rekomendasi dan batas minimal penerimaam gaji bila hendak hendak mengajukan pinjaman kepada lembaga keuangan sekaligus pembatasan terhadap lembaga keuangan yang bisa dimintai pinjaman
2.4.1 Kesediaan UPTD Pendidikan untuk membantu Kepala Sekolah dalam menata gaji guru di setiap Satuan Pendidikan.
2.4.3 Kemauan berkomunikasi secara terbuka dari para guru baik yang memiliki gaji di atas passing grade maupun yang di bawahnya
2.4.4 Perasaan kekeluargaan yang ada di SDN Grogol 1 yang cukup hangat sehingga mengeleminir kecurigaan terhadap penataan gaji guru.

2.5 Alternatif Solusi
Langkah yang ditempuh dalam mengupayakan penataan gaji minimal 30% dengan menerapkan managemen kalkulatif berbasis kekeluargaan telah mencapai hasil sesuai harapan. Jika sekiranya cara tersebut masih belum memberikan solusi yang baik kiranya dapat carikan jalan sebagai berikut:
2.5.1 Bila dalam kalkuasi ternyata jumlah angsuran yang harus dikeluarkan di luar kemampuan pinjaman yang diberikan lembaga keuangan, maka keluarga harus memberikan dana segar sebagai tambahan. Tanpa adanya tambahan dana segar yang tidak dipeorleh melalui cara meminjam, maka mengembalikan gaji pada posisi penerimaan minimal 30% akan sangat sulit dicapai.
2.5.1 Mencarikan jenis pinjaman lunak dengan besaran angsuran sejumlah gaji yang dimiliki dikurangi 30%. Cara ini bisa ditempuh apabila ada lembaga keuangan yang bisa memberikan fasilitas seperti harapan.










BAB III
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI OPERASIONAL

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas dapat diambil simpulan sebagai berikut:
3.1.1 Bahwa kondisi gaji dapat ditigkatkan menjadi 30% dari jumlah penerimaan dilakukan dengan proses kalkulasi terhadap semua angsuran yang harus dibayarkan untuk kemudian dicarikan pinjaman sejumlah kebutuhan angsuran. Upaya pencarian pinjaman dapat dilakukan dengan kompensasi pinjaman kepada lembaga keuangan yang sama atau lembaga keuangan lainnya.
3.1.2 Upaya penataan gaji harus diikuti dengan regulasi aturan dan dukungan stakeholder yang ada.
3.1.3 Upaya penataan gaji harus dilakukan dengan komunikasi sambungrasa yang berbasis kekeluargaan.
3.1.4 Penataan gaji adalah pekerjaan kasuistis dan berupa proses yang harus dihentika manakala jumlah gaji yang diterima guru sudah sesuai dengan aturan yang ada.
3.1.5 Penataan gaji harus diikuti dengan motivasi untuk berubah dari keterpurukan rasa menuju kepercayaan diri dan pribadi yang mantab sehingga memicu semangat kerja dalam mengubah paradigma kebiasaan yang mengakibatkan keterpurukan.

3.2 Rekomendasi Operasional
3.2.1 Penataan gaji guru harus dilakukan dengan konsistensi yang berkelanjutan serta perlakuan yang sama terhadap semua guru.
3.2.2 Penataan gaji guru yang dilakukan harus melibatkan stakeholder sesuai dengan kondisi permasalahan yang ada, dengan mempertimbangkan kekhususan tiap-tiap permasalahan yang dihadapi guru agar dapat dilakukan secara cerdas tanpa menimbulkan efek psikologis bagi yang bersangkutan.
3.2.3 Penataan gaji guru seyogyanya dilakukan tidak hanya didasarkan atas kondisi hitam putih struk gaji yang ada. Kondisi struk gaji bukanlah jaminan atas kecukupan pemenuhan kebutuhan primer maupun sekunder seorang guru. Sebab tidak sedikit guru yang mengupayakan peningkatan penghasilan melalui usaha bisnis baik dilakukan oleh suami, istri atau berkongsi dengan teman lain.



DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI .............. iii
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah i
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Strategi Pemecahan Masalah 3
BAB II : PEMBAHASAN
2.1 Alasan Pemilihan Strategi 5
2.2 Dampak yang diperoleh 6
2.3 Kendala yang dihadapi 7
2.4 Faktor-Faktor Pendukung 9
2.5 Alternatif Solusi 9
BAB III : KESIMPULAN DAN REKEMENDASI OPERASIONAL
3.1 Kesimpulan 11
3.2 Rekomenasi Operasional 12
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts



 
Support : Your Link | Your Link | Your Link
Copyright © 2013. GUS AFLACH - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Modified by CaraGampang.Com
Proudly powered by Blogger