Home » » Konsep Pendidikan

Konsep Pendidikan

Written By Aflach Perdana Putra on Kamis, 13 Mei 2010 | 07.09

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Islam menuntut agar manusia dididik dari segala aspek (jasmani, akal,dan jiwa) tanpa perbedaan dan pemisahan, dan sedapat mungkin disajikan secara simultan. Hal ini terlihat jelas dalam meteri-materi yang disajikan Al-Quran dan Hadits. Uraian-uraiannya tidak hanya menyentuh jiwa, tetapi juga diiringi dengan argumentasi yang logis, atau yang dapat dibuktikan sendiri oleh manusia (anak didiknya) melalui penalaran akalnya. Dengan ini manusia akan merasa diajak berperan dalam menemukan, memiliki dan bertanggung jawab untuk memeliharanya.
Kenyataan yang ditemukan dalam masyarakat adalah, walaupun materi yang disajikan bersumber dari Al-Quran dan Hadits, namun ia telah disusun sedemikian rupa untuk disesuaikan dengan sistematika ilmiah. Disadari atau tidak, persesuaian tersebut telah melucuti segi-segi ruhaniah dan aqliahnya, suatu hal yang selalu mengiringi setiap materi yang disajikan Al-Quran dan hadits. Sehingga pada akhirnya walau pun berhasil, kita hanya berhasil malahirkan ilmuwan-ilmuwan dibidang agama,”bukan” agamawan-agamawan yang berilmu.
Dari kenyataan seperti ini, maka tidak heranlah kalau para anak didik atau, bahkan pendidik sendiri, merasa kesulitan dalam memahami petunjuk-petunjuk syariat Islam, apalagi melaksanakannya. Hal ini dapat menimbulkan tuntutan-tuntutan pembaruan yang tidak sejalan dengan ketetapan dan nilai-nilai Islam.
Apa yang dikemukakan di atas menuntut agar materi pendidikan agama disajikan dengan menjelaskan hikmah al-Tasyri’nya. Ini diusahakan dengan tujuan agar anak didik dapat memahami dan menghayati sebab dan manfaat yang diperoleh, tentu setelah materi-materi yang akan disajikan itu telah dipertimbangkan secara masak.

B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas dapatlah kiranya dirumuskan beberapa hal yang perlu dibahas pada paper ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui hakikat pendidikan.
2. Untuk mengetahui implikasi Al-Quran terhadap pendidikan.

C. Penegasan Judul
Dalam upaya menghindari kesalahan pemahaman pada judul paper Ini yang berjudul : KONSEP PENDIDIKAN MENURUT Al-QURAN, maka perlu penulis pertegas dan menjelaskan mengenai kalimat-kalimat tersebut di atas adalah : KONSEP PENDIDIKAN MENURUT Al-QURAN adalah Rancangan dasar dari segala usaha orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan yang sesuai dengan ajaran agama Islam.


D. Tujuan Pembahasan
Dalam mengerjakan paper ini penulis mempunyai beberapa tujuhan, adapun tujuan tersebut adalah sebagai berikut :


1. Tujuan umum
Untuk mewujudkan manusia yang berkepribadian muslim serta berilmu pengetahuan yang mampu mengabdikan segala amal perbuatannya untuk mencari keridhahan Allah Swt.
2. Tujuan khusus
Untuk membawa anak kepada kedewasaannya, yang berarti bahwa ia harus dapat menentukan diri sendiri dan bertanggung jawab pada diri sendiri.

E. Sistematika Pembahasan
Untuk menghasilkan suatu data pembahasan yang benar-benat mengarah dan sistematis, penulis menggunakan sistem pembagian bab-bab dan masing-masing bab terdiri dari beberapa sub bab. Adapun sistematika pembahasan paper ini sebagai berikut :
Bab I : Adalah pendahuluan yang mencalup latar belakang masalah, tujuan pembahasan, kegunaan pembahasan, penegasan judul, metodologi pembahasan, dan sistematika pembahasan.
Bab II : Dalam bab ini disajikan tentang pengertian pendidikan, macam-macam pendidikan, perangkat pendidikan, keistimewaan pendidikan, dan evaluasi pendidikan.
Bab III : Bab tiga ini sudah ditambahi dengan pendekatan-pendekatan interdisipliner sehingga dapat meningkatkan dan memperluas studi pendidikan Islam. Adapun pokok bahasannya meliputi teori dan pemahaman pendidikan menurut Al-Quran termasuk metodologi, materi, metode, tujuan serta evaluasi pendidikan menurut Al-Quran.
Bab IV : Penutup dari pembahasan paper ini yang berisi kesimpulan dan saran-saran. Kesimpulan ditampilkan karena sebagai jawaban dari rumusan masalah pada bab pertama yang merupakan hasil maksimal dari pembahasan paper ini, disusul dengan saran-saran yang penulis sampaikan kepada pihak-pihak terikat, sebagai pelengkap dari bab ini penulis akhiri dengan kata penutup dengan daftar pustaka sebagai revrensi kutipan yang telah diambil.

BAB II
KONSEP PENDIDIKAN

A. Pengertian Pendidikan
Sebelum kita tinjau lebih lanjut apa yang dimaksud dengan pendidikan, terlebih dahulu kiranya diterangkan dua istilah yang hampir sama bentuknya, yaitu paedagogie dan paedagogiek. Paedagogie artinya pendidikan, sedangkan paedagogiekberati ilmu pendidikan.
Pedagogik atau ilmu pendidikan ialah ilmu pengetahuan yang menyelidiki, merenungkan tentang gejalah-gejalah perbuatan mendidik. Pedagogik berasal dari kata Yunani paedagogia yang berarti pergaulan dengan anak-anak. Paedagogos adalah seorang pelayan atau bujang pada zaman Yunani Kuno yang pekerjaannya mengantar dan menjemput anak-anak ke dan dari sekolah. Juga di rumahnya, anak-anak tersebut selalu dalam pengawasan dan penjagaan dari para paerdagogos itu. Jadi nyatalah bahwa pendidikan anak-anak Yunani kuno sebagian besar diserahkan kepada paedagogos itu.
Paedagogos berasal dari kata paedos (anak) dan agoge (saya membimbing, memimpin). Perkataan paedagogos yang mulanya berarti “rendah” (pelayan, lajang) sekarang dijadikan pekerjaan yang mulia. Paedagogos (pendidik atau ahli didik) ialah seseorang yang tugasnya membimbing anak dalam pertumbuhannya gar dapat berdiri sendiri.
Dari rumusan di atas nyatalah bahwa pendidikan yang sebenarnya berlaku dalam pergaulan antara orang dewasa dan anak. Pendidikan memang kita dapati dalam pergaulan antara orang dewasa dan anak. pergaulan antara orang dewasa dengan orang dewasa tidak disebutpergaulan pendidikan (pergaulan pedagogis) sebab didalam pergaulan itu orang dewasa menerima dan bertanggung jawab sendiri terhadap pengaruh yang terdapat dalam pergaulan itu.
Secara sederhana dapat kita simpulkan sebagai berikut : pendidikan ialah pimpinan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa kepada anak-anak, dalam pertumbuhannya (jasmani dan rohani) agar berguna bagi dirinya sendiri dan masyarakat.

B. Macam-macam Pendidikan
Untuk mencapai perkembangan kepribadian yang dicitakan oleh sesuatu sistem pendidikan maka perlu kita sampaikan kepada anak didik bahan/isi/kurikulum pendidikan. Jenis bahan yang disampaikan kepada anak ini tergantung pada aspek kepribadian apakah yang dikembangkan dan hal ini tergantung pula pada pandangan tentang hakekat kemanusiaan yang dapat diterima oleh pandangan hidup suatu bangsa.
Jika hel tersebut kita hubungkan dengan pendidikan kita yang telah digariskan dalam Tap.MPR. XXVII/1996, maka kita akan jumpai tujuan pendidikan ialah membentuk manusia pancasila sejati dan isi pendidikannya adalah :
1. Mempertinggi mental-moral budi pekerti dan memperkuat keyakinan beragama.
2. Mempertinggi kecerdasan dan keterampilan.
3. Membina akan mengembangkan fisik yang kuat dan sehat.
Aspek yang pertama tersebut sebenarnya menyangkut kehidupan sosial dan susila, dan aspek kedua dan ketiga berhubungan dengan kehidupan individu dari hakekat kemanusiaan.
Dari ketiga isi pendidikan tersebut di atas selanjutnya dijelaskan menjadi bermacam-macam jenis, mata pelajaran yang keseluruhannya disusun dalam bentuk kurikulum, yaitu :
1. Pendidikan agama (religius)
2. Pendidikan kesusilaan (moril)
3. Pendidikan keindahan (estetis)
4. Pendidikan sosial
5. Pendidikan kwarganegaraan (civics)
6. Pendidikan kecerdasan (intelektual)
7. Pendidikan keterampilan (vak)
8. Pendidikan jasmani.
Jadi macam-macam pendidikan itu dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu :
1. Pendidikan Jasmani yang mana melipui tentang kecerdasan, keterampilan dantentang ilmu kesehatan.
2. Pendidikan rohani antara lain meliputi tentang pendidikan agama, pendidikan kesusilaan, pendidikan keindahan, pendidikan kwarganegaraan dan pendidikan sosial atau kemasyarakatan.
Dengan mengetahui perbedaan-perbedaan atau macam-macam pendidikan itu, dapat kiranya menjadi pedoman bagi para guru untuk tidak menberatkan atau menekankan salah satu segi saja melainkan sebaliknya berusaha mengembangkan semua macam pendidikan tersebut.

C. Perangkat pendidikan
Perangkat atau alat pendidikan ialah suatu tindakan atau situasi yang sengaja diadakan untuk tercapainya suatu tujuan pendidikan yang tertentu. Dalam menggunakan alat pendidikan ini maka pribadi orang yang menggunakannya adalah sangat penting, sehingga penggunaan alat pendidikan itu bukanlah sekedar persoalan teknis belaka tetapi menyangkut persoalan batin atau pribadi pendidik.
Dalam memilih alat pendidikan manakalah yang patut dipakai, kita harus memperhatikan beberapa hal :
1. Tujuan apakah yang hendak dicapai dengan alat itu.
2. Siapakah orang yang menggunakan alat itu (pendidik)
3. Terhadap siapakah alat itu dipergunakan (anak didik)
4. Apakah alat itu mencapai efek yang sebaik-baiknya dengan tidak ada efek tambahan yang merugikan.
Macam-macam alat pendidikan ini antara lain: hukuman dan ganjaran, perintah dan larangan, celaan dan pujian, contoh bebiasaan.
Alat-alat pendidikan ini dapat kita bedakan dari bermacam-macam segi :
1. Alat Pendidikan positif dan negatif
a. Positif, jika ditujukan agar anak mengerjakan sesuatu yang baik. Misalnya : pembiasaan, perintah, pujian, ganjaran.
b. Negatif, jika tujuannya menjaga supaya anak didik jangan mengerjakan sesuatu yang buruk, misalnya: larangan, celaan, peringatan, ancaman, dan hukuman.
2. Alat Pendidikan preventif dan korektif
a. Preventif, Jika maksudnya mencegah anak sebelum ia berbuat sesuatu yang tidak baik, misalnya : pembiasaan perintah, pujian dan ganjaran.
b. Korektif, jika maksudnya memperbaiki, karena anak telah melanggar ketertiban atau berbuat sesuatu yang buruk. Misalnya : celaan, ancaman dan hukuman.
3. Alat Pendidikan yang menyenangkan dan tidak menyenangkan
a. Yang menyenangkan yaitu yang menimbulkan perasaan senang pada anak-anak, misalnya : ganjaran, pujian.
b. Yang tidak menyenangkan maksudnya yang menimbulkan perasaan tidak senang pada anak-anak.

D. Keistimewaan Pendidikan
1. Pendidikan menghendaki manusia yang sempurna
Pendidikan bagi anak manusia sangatlah diperlukan, karena anak manusia sejak berada dalam kandungan melalui proses kelahiran, mengalami pertumbuhan. Pertumbuhan dari alam itu tidak cepat dilepaskan dari pengaruh lingkungan. Interaksi antara pertumbuhan “ Dari dalam” dengan lingkungan (alam dan sosial) menghasilkan perkembangan, sering kita melihat perkembangan yang menampakkan perilaku yang kurang atau tidak seimbang, sehingga menghasilkan manusia yang tidak seutuhnya (sakit jasman, sakit jiwa dan manusia jahad karena kehidupan kerohaniannya terganggu). Disinilah pentingnya pendidikan, yang bertugas supaya perkembangan itu tidak menghasilkan manusia yang tidak utuh atau rusak. Mengingat adanya tiga komponen yaitu Roh, jiwa, dan tubuh, maka pendidikan itu menyangkut pembinaan kehidupan jasmani, pembinaan mental (psikis), dan pembinaan spirutul (rohani) yang sehat.
2. Pendidikan meningkatkan kualitas manusia Indonesia
Pendidikan diarahkan kepada pembentukan manusia yang diidamkan, sedangkan pengajaran adalah salah satu alat atau usaha untuk membentuk manusia tersebut. MPR telah menggariskan gambaran manusia Indonesia yang diharapkan.
Pendidikan bertujuan meningkatkan kwalitas manusia Indonesia. Isi dari manusia Indonesia yang berkualitas ialah manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhurm, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, dan bertanggung jawab, mandiri, cerdas, trampil serta sehat jasmani dan rohani.
Dari uraian di atas dapat penulis uraikan bahkan pendidikan mempunyai banyak keistimewaan, yang mana keistimewaan pendidikan tersebut menyangkut banyak hal antara lain berupaya untuk menghasilkan manusia yang mempunyai tanggungjawab, cerdas, berdisiplin, trampil. Bahkan bukan hanya itu, keistimewaan pendidikan sebenarnya jiga menghendaki manusia yang sempurna atau utuh. Sebab Tuhan Yang Maha Esa telah memberikan berbagai fasilitas yang memadai baik yang terdapat pada kita maupun yang terdapat pada alam semesta ciptaan-Nya.
Disamping itu manusia juga memiliki tiga komponen yaitu : Roh, jiwa dan tubuh, jika komponen-komponen tersebut saling bersinergi antara satu dengan yang lain maka akan terbentuklah manusia yang sempurna baik dari segi jasmani maupun rohani.

E. Evaluasi Pendidikan
Memang tidak semua orang menyadari bahwa setiap saat kita selalu melakukan pekerjaan evaluasi. Dalam beberapa kegiatan sehari-hari, kita jelas-jelas mengadakan pengukuran dan penilaian.
Dari dua kalimat di atas kita sudah menemui tiga buah istilah yaitu: Evaluasi, pengukuran dan penilaian. Sementara orang memang lebih cenderung mengartikan ketiga kata tersebut sebagai suatu pengertian yang sama sehingga dalam memakainya hanya tergantung dari mana yang sedang siap diucapkannya. Dan untuk memahami apa persamaan, perbedaan ataupun hubungan antara ketiganya dapat dipahami melalui contoh-contoh dibawah ini :
1. Apabila ada orang yang akan memberi dua batang pensil kepada kita dan kita disuruh memilih antara dua pencil yang tidak sama panjangnya, maka tentu saja kita akan memilihnya yang panjang, kita tidak akan memilih yang pendek.
2. Pasar, tempat bertemunya orang-orang yang akan menjual dan membeli. Sebelum menentukan barang-barang yang akan dibelinya, seorang pembeli akan memilih dahulu mana barang yang “lebih baik” menurut ukurannya. Apabila ia ingin membeli jeruk, dipilihnya jeruk yang besar, kuning, kulitnya halus, semua itu dipertimbangkan karena menurut pengalaman sebelumnya jenis jeruk-jeruk yang demikian tadi rasanya akan manis, sedangkan jeruk yang masih kecil, hijau, dan kulitnya agak kasar, biasanya masam rasannya.
Dari contoh-contoh di atas dapat kita simpulkan bahwa sebelum menentukan pilihan, kita mengadakan penilaian terhadap benda-benda yang akan kita pilih. Dalam contoh pertama kita memilih pensil mana yang pensil yang lebih panjang, sedangkan dalam contoh kedua kita menentukan dengan perkiraan kita atas jeruk yang manis.
Untuk dapat mengadakan penilaian, kita mengadakan pengukuran terlebih dahulu. Jika ada penggaris, maka sebelum menentukan mana pensil yang lebih panjang, kita ukur dahulu pensil tersebut. Dan setelah mengetahui berapa panjang masing-masing pensil itu, kita mengadakan penilaian dengan melihat bandingan panjang antara kedua pensil tersebut. Dapat kita mengetahui “ini pensil panjang dan ini pensil pendek”. Maka pensil yang panjang itulah yang kita ambil.
Untuk dapat menentukan penilaian mana jeruk yang manis, kita menggunakan “ukuran manis”, tapi kita menggunakan ukuran besar, kuning dan halus kulitnya. Ukuran ini tidak mempunyai wujud seperti kayu penggaris yang sudah ditera, tetapi diperoleh berdasarkan pengalaman.
Sebenarnya kita juga mengukur, yakni membandingkan jeruk-jeruk yang ada dengan ukuran tertentu, setelah itu kita menilai, menentukan pilihan mana jeruk yang paling memenuhi ukuran itulah yang kita ambil.
Dengan demikian kita mengenal dua macam ukuran, yakni ukuran yang tersandar Centi meter, kilogram, takaran dan sebagainya) dan ukuran perkiraan berdasarkan pengalaman (jeruk manis adalah yang kuning, besar dan halus kulitnya.
Dua langkah yang dilalui sebelum mengambil barang untuk kita itulah yang disebut mengadakan evaluasi yakni mengukur dan menilai. Kita tidak dapat mengadakan penilaian sebelum kita mengadakan pengukuran.
- Mengukur adalah membandingkan sasuatu dengan satu ukuran-ukuran bersifat kuantitatif.
- Menilai adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu yang dengan ukuran baik buruk. Penilaian bersifat kualitatif.
- Mengadakan evaluasimeliputi kedua langkah di atas, yakni mnegukur dan menilai.

BAB III
KONSEP PENDIDIKAN
MENURUT Al-QURAN

A. Macam-Macam Pendidikan menurut Al-Quran
Pandangan Al-Quran tentang ilmu dan teknologi dapat diketahui prinsip-prinsipnya dari analisis wahyu pertama yang diterima oleh Nabi Muhammad Saw.
اقرأ باسم ربك الذي خلق (1) خلق الانسان من علق (2) اقرأ وربك الاكرم (3) الذي علم با لقلم (4) علم الانسا مالم يعلم (5)

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari ‘alaq. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah, yang mengajar manusia dengan pena, mengajar manusia apa yang tidak diketahuinya”. (QS. Al-Alaq : 1-5)

Iqro’ terambil dari akar kata yang berarti menghimpun. Dari menghimpun lahir aneka makna seperti menyampaikan, menelaah, mendalami, melihat,mengetahui ciri sesuatu, dan membaca baik teks tertulis maupun tidak.
Wahyu pertama itu tidak menjelaskan apa yang harus dibaca, karena Al-Quran menghendaki umatnya membaca apa sasja selama bacaan tersebut bismi Robbik, dalam artian bermanfaat untuk kemanusiaan.
Menurut pandangan Al-Quran ilmu terdiri dari dua macam. Pertama, ilmu yang diperoleh tanpa upaya manusia, dinamai Ilm laduni, seperti diinformasikan antara lain oelh Al-Quran surat Al-Kahfi (18): 65.
فوجدا عبدامن عبادنا اتينه رحمة من عندنا وعلمنه من لدنا علما
“Lalu mereka (Musa dan Muridnya) bertemu dengan seorang hamba dari hamba-hamba kami, yang telah kami anugrahkan kepadanya rahmat dari sisi kami dan telah kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi kami”

Kedua, ilmu yang diperoleh karena usaha manusia, dimana Ilm kasbi. Ayat-ayat ilm kasbi jauh lebih banyak dari pada yang berbicara tentang ilm laduni.
Pembagian ini disebabkan karena dalam pandangan Al-Quran terdapat hal-hal yang “ada” tetapi tidak dapat diketahui melalui upaya manusia sendiri. Ada wujud yang tidak tampak, sebagaimana ditegaskan berkali-kali oleh Al-Quran, antara lain dalam firmannya :
فلا أقسم بما تبصرون () ومالاتبصرون
“Aku bersumpah dengan apa yang kamu lihat dan yang kamu tidak lihat” (QS. Al-Haqqoh (69): 38-39)

Dengan demikian, obyek ilmu meliputi materi dan nonmateri, fenomena dan non fenomena, bahkan ada wujud yang jangankan dilihat, diketahui oleh manusia pun tidak.
ويخلق مالا تعلمون
“Dia menciptakan apa yang tidak kamu ketahui” (QS. An-Nahl(16) : 8)

Dari sini jelas pula bahwa pengetahuan manusia amatlah terbatas, karena itu wajar sekali Allah Swt menegaskan.
وما أوتيتم من العلم الا قليلا
“Kamu tidak diberi pengetahuan kecuali sedikit” (QS. Al-Isra’(17): 85).

B. Perangkat Pendidikan menurut Al-Quran
Berdasarkan pembagian ilmu yang disebutkan terdahulu, secara garis besar obyek ilmu dapat dibagi dalam dua bagian pokok, yaitu: alam materi dan alam non materi. Sains yang mutakhir yang mengarahkan pandangan kepada alam materi, menyebabkan manusia membatasi ilmunya pada bidang tersebut. Bahkan sebagian mereka tidak mengakui adanya realitas yang tidak dapat dibuktikan di alam materi. Karena itu obyek ilmu menurut mereka hanya mencakup sains kealaman dan terapannya yang dapat berkembang secara kualitatif, dan penggandaan, variasi terbatas, dan pengalihan antar budaya.
Karena itu, sebagian ilmuwan muslim khususnya kaum sufi melalui ayat-ayat Al-Quran – memperkenalkan ilmu yang mereka sebut al-hadhar at Al-Ilahiyah al Khams (lima kehadiran Ilahi) untuk menggambarkan hierarki keseluruhan realitas wujud. Kelima hal tersebut ialah (1) alam Masud (alam materi), (2) Alam malakut (alam kejiwaan), (3) Alam Jabarut (alam ruh), (4) Alam Lahud (sifat-sifat ilahiah) dan (5) Alam hahud (wujud zat Ilahi)
Tentu ada tata cara dan sarana yang harus digunakan untuk meraih pengetahuan tentang kelima hal tersebut :
والله أخرجكم من بطون امهاتكم لا تعلمون شيئا وجعل لكم السمع والابصر والأفئدة لعلكم تشكرون.

“Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu apa pun, dan dia memberi kamu pendengaran, peglihatan, dan hati agar kamu bersukur (menggunkannya sesuai petunjuk Ilahi untuk memperoleh pengetahuan” (QS. An-Nahl (16) : 78)

Ayat ini mengisyaratkan penggunaan empat sarana yaitu, pendengaran (telinga), penglihatan (mata), dan akal serta hati.
Disamping mata, telingah dan pikiran sebagai sarana meraih pengetahuan.Al-Quran pun menggaris bawahi pentingnya peranan kesucian hati.
Wahyu dianugrahkan atas kehendak Allah dan berdasarkan kebijaksanaan-Nya tanpa usaha dan campur tangan manusia. Sementara virasat, intuisi, dan semacamnya dapat diraih melalui pencarian hati. Dari sini para ilmuwan muslim menekankan pentinya tazkiyah an-Nafs (penyucian jiwa) guna memperoleh hidayah (petunjuk/pengajuan Allah), karena mereka sadar terhadap kebenaran, firman Allah Swt :
سأصرف عن ايتى الذين يتكبرون فى الارضبغير الحق
“Aku akan memalingkan orang-orang yang menyombongkan diri dimukak bumi tanpa alsan yang benar – dari ayat-ayatku.” (QS. Al-A;raf (7); 46)

Ayat di atas menerangkan bahwa Allah akan memalingkan orang-orang enyombongkan diri dimuka bumi dari ayat-ayat-Nya
dan kita ketahui bersama bahwa العلم نور (ilmu itu laksana cahaya) dan nur (cahaya) itu adalah suci, jadi orang-orang yang tekabbur atau sombong tidak mendapatkan ilmu kecuali melalui tahap tazkiyah an-nais (penyucian jiwa) terlebih dahulu.
Dari sini dapat penulis simpulkan bahwa perangkat pendidikan menurut Al-Quran ada empat sarana, yaitu :
1. Penglihatan (mata)
2. Pendengaran (telinga)
3. Akal
4. Kesucian hati

Faktor terakhir inilah yang sangat penting, sebab tanpa adanya kesucian hati mustahil hidayah (petunjuk/ pengajaran) Allah Swt siturunkan kepada hambahnya.

C. Keistimewaan pendidikan Menurut Al-Quran
1. Pendidikan Islam menghendaki insan yang shaleh
Seluruh lapangan pendidikan bertujuan mempersiapkan umat uang shaleh dan dapat berbakti kepada tanah airnya, meskipun atas tunjangan orang lain. Membimbing akhlaknya atas dasar kemaslahatan kaumnya.
Dasar pendidikan Islam yang berhasil adalah yang dapat menghasilkan nilai-nilai Islam sama dalam nilai akhlaknya, sekalipun beda warna dan nasionalisnya, jelas kemaslahatannya, tetapi bertemu dan berteman dengan akhlak Islam.

2. Sisi Robbaniyah pada pendidikan Islam.
Sisi robbaniyah pada pendidikan Islam merupakan sisi penting dalam pendidikan, cukup sulit merealisasikannya dan paling besar pengaruhnya. Karena tujuan utama bagi pendidikan Islam adalah membentuk manusia yang beriman.
Iman dalam Islam bukan hanya sekedar kata yang diucapkan, juga bukan hanya dakwah yang hany didengungkan. Tetapi lebih dari itu, iman merupakan kebenaran yang selalu memancarkan sinarnya pada akal sehingga menjadi tunduk, perasaan menjadi sejalan dan keinginan saling bergerak.
Sandaran pendidikan robbani adalah hati yang hidup, yang selalu bergantung pada Allah Swt, yakni akan hari kiamat dan pembahsannya, yang selalu mengharap kasih sayang-Nya, dan takut akan hukuman-Nya.
Dari uraian di atas dapatlah ditarik kesimpulan sebagai berikut : hendaklah nilai-nilai Islam dari pendidikan kita praktekkan dalam kehidupan sehari-hari, yang hanya sebagai teorinya saja. Karena banyak orang sekarang yang hanya tahu teorinya saja sedangkan dalam prakteknya mereka kurang begitu paham tentang bagaimana cara mempraktekkannya.
Dan hendaklah para pendidikan mendidik anak didiknya dengan benar dan sesuai dengan kemampuan anak didik, kemudian para pendidik memasukkan nilai-nilai Ilahiyah kepada anak didik secara bersamaan ketika para pendidik tersebut mengajari anak didik. Hal ini dilakukan supaya anak didik tahu bahwa Allah Swt adalah pemilik segala ilmu sedangkan manusia hanyalah makhluk Allah yang lemah dan tidak berdaya. Sehingga para anak didik tidak akan merasa sombong dengan segala apa yang dimilikinya.

D. Evaluasi Pendidikan menurut Al-Quran
Dalam proses pendidikan Islam, tujuan merupakan sasaran ideal yang hendak dicapai dalam program dan diproses dalam kependidikan Islam atau output kependidikan Islam.
Dengan mempertikan kekhususan tugas pendidikan Islam yang meletakkan faktor pengembangan fitrah anak didik, nilai-nilai agama dijadikan landasan kepribadian anak didik yang dibentuk melalui prosesitu maka idealitas Islam yang telah terbentuk dan menjiwai anak didik tidak dapat diketahui oleh pendidik muslim, tanpa melalui proses evaluasi.
Evaluasi dalam pendidikan Islam merupakan cara atau teknik penilaian terhadap tingkah laku anak didik berdasarkan standar perhitungan yang bersifat komprehensif dari seluruh aspek-aspek kehidupan mental psikologis dan spiritual-religius, karena manusia bukan saja sosok ribadi yang yang tidak hanya bersikap religius, melainkan juga berilmu dan berketerampilan yang sanggup beramal dan berbakti kepada tuhan dan masyarakatnya.
Al-Quran menginspirasikan bahwa pekerjaan evaluasi terhadap manusia didik adalah merupakan suatu tugas penting dalam rangkaian proses pendidikan yang telah dilaksanakan oleh pendidik . ada tiga tujuan pedagogis dari sistem evaluasi Al-Quran terhadap perbuatan-perbuatan manusia yaitu sebagai berikut :
1. Untuk menguji daya kemampuan manusia beriman terhadap berbagai macam problema kehidupan yang dialaminya.
2. Untuk mengetahui sampai dimana atau sejauh mana hasil pendidikan wahyu.
3. Untuk menentukan klasifikasi atau tingkat-tingkat hidup keislaman atau keimanan manusia.
Sebagai contoh sistem evaluasi Al-Quran terhadap manusia yang mengalimi berbagai kesulitan hidup. Adalah firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 155 sebagai berikut :
ولنبلونكم بشيئ من الخوف والجوع ونقص من الاموال والانفس والثمرات وبشر الصابرين (البقرة :155)

“Dan sesungguhnya akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan dan beritakanlah gembira kepada orang-orang yang sabar. (QS. Al-Baqarah : 155)

Sasaran evaluasi dengan teknik testing tersebut adalah ketahanan mental, beriman dan bertaqwa kepada Allah Swt, jika ternyata mereka tahan terhadap ujicoba (tes) dari tuhan, mereka akan mendapatkan kegembiraan dalam segala bentukm terutama kegembiraan yang bersifat mental-rohaniah, seperti kelapangan dada, ketegaran hati, terhindar dari putus asa, kesehatan jiwa, dan kegembiraan paling tinggi nilainya ialah tiket surga.
Sistem evaluasi yang tesebut dalam Al-Quran adalah bersifat makroh dan universal dengan menggunakan teknis testing mental (mental test) atau psikotes, sedangkan dalam sunnah Nabi sistem evaluasi yang bersifat mikro adalah untuk mengetahui kemajuan belajar_ manusia termasuk Nabi sendiri. Sebagaimana kisah kedatangan malaikat Jibril kepada Nabi waktu beliau sadang mengajar shalat sahabat-sahabatnya di suatu majlis. Malaikat Jibril menguji Nabi dengan pertanyaan-pertanyaan menyangkut pengetahuan beliau tentang rukun Islam, dan setiap jawaban Nabi selalu dibenarkan oleh malaikat utusan Allah itu.
Dengan menggunakan sistem evaluasi yang tepat sasaran maka seorang guru akan dapat mengetahui dengan pasti tentang kemajuan, kelemahan dan hambatan-hambatan manusia didik pada pelaksanaan tugasnya. Yang pada gilirannya akan dijadikan bahan perbaikan program atau secara langsung dilakukan remedial teashing (perbaikan melalui kursus tambahan dan lain-lain)
Jenis evaluasi juga sering kita temukan dalam Al-Quran dan sunnah Nabi, misalnya murid-murid al-Kuttab pada periode awal perkembangan Islam hanya ditetapkan pada anak-anak. Juga prinsip Ibnu Sina dalam pemberian pelajaran yang harus dimulai dari yang mudah menuju pelajaran yang susah mengingat kemampuan murid yang belum dapat menguasai sacara cepat bahan-bahan pengetahuan yang diberikan oleh guru (ini hasil evaluasi beliau).
Dalam sejarah pendidikan Islam, terbukti bahwa setiap akhir unit pelajaran, diselenggarakan khataman sebagai cara menilai hasil akhir proses pendidikan telah dikenal sistem imtihan atau ujian.

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dengan selesainya penulisan paper ini, maka dapatlah kiranya penulis mengemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Pendidikan adalah segala usaha orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rahaninya menuju ke arah kedewasaan.
2. Pebdidikan bertujuan untuk meningkatkan kwalitas perkembangan jasmani maupun rahani.
3. Menurut pandangan Al-Quran ilmu tersiri dari dua macam yaitu : ilmu yang diperoleh tanpa upaya manusia (ilmu laduni) dan ilmu yang diperoleh karena usaha manusia (ilmu kasbi)
4. Perlunya perangkat pendidikan yang memadai, demi tercpainya tujuan pendidikan yang sempurna.
5. Metode pendidikan dalam agama Islam mendorong, mengfungikan, serta mengaktualisasikan segenap kemampuan kejiwaan yang naluriah dan ditunjang dengan kemampuan jasmanianya.


DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, 1984. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Bina Aksara.
Arifin, M.H. 2003. Ilmu Pendidikan Islam Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisiplier. Jakarta : PT. Bumi Aksara.
Departemen Agama. 1997. Al-Quran Dan Terjemah Ma’nanya dalam Bahasa Indonesia. Kudus: Menara Kudus.
Purwanto, Ngalim, Drs. M. 2003. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung: Remaja Rosda Karya.
Pribadi, Sikun. 1987. Mutiara-Mutiara Pendidikan, Jakarta : PT Erlangga.
Syhab, M. Quraish. 2001. Wawasan Al-Quran. Bandung: PT. Mizan.
Saherdian, Piet A. dan Ida Arteida Sahertian. 1990. Supervisi Pendidikan dalam Rangkah Program Inservice Education. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Tahlan, Musthofa, Muhammad. 2001. Muslim Ideal Masa Kini. Jakarta: Pustaka Cendekia.
Tim Prima Pena. 2004. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Jakarta: Gita Media Press.
Share this article :

2 komentar:

Popular Posts



 
Support : Your Link | Your Link | Your Link
Copyright © 2013. GUS AFLACH - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Modified by CaraGampang.Com
Proudly powered by Blogger